Selasa 02 Nov 2021 18:08 WIB

Dago Longsor, Cuaca Masih Ekstrem, Jabar Perlu Waspada

BMKG memperkirakan akan terjadi cuaca ekstrem dalam beberapa hari ke depan.

Longsor terjadi pada tebing yang berada di RT 03 RW 01, Jalan Ir. H. Djuanda, Kelurahan Dago, Kota Bandung Selasa (2/11) dini hari akibat hujan deras. Bagian atap pada tiga rumah yang berada di bawah tebing rusak berat.
Foto: Istimewa
Longsor terjadi pada tebing yang berada di RT 03 RW 01, Jalan Ir. H. Djuanda, Kelurahan Dago, Kota Bandung Selasa (2/11) dini hari akibat hujan deras. Bagian atap pada tiga rumah yang berada di bawah tebing rusak berat.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Muhammad Fauzi Ridwan, Antara, Lilis Sri Handayani

BANDUNG -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandung pada Senin (1/11) kemarin memperkirakan akan terjadi cuaca ekstrem dalam beberapa hari ke depan di hampir seluruh wilayah di Jawa Barat. Perkiraan ini terbukti terjadi, setidaknya pada Selasa (2/11).

Baca Juga

Longsor terjadi pada tebing yang tepatnya berada di RT 03 RW 01, Jalan Ir H Djuanda, Kelurahan Dago, Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (2/11) dini hari. Bagian atap pada tiga rumah yang berada di bawah tebing mengalami kerusakan berat, sedangkan satu bangunan yang berada di atas tebing terancam longsor.

Camat Coblong, Krinda Hamidipradja, mengatakan, peristiwa longsor pada tebing di Jalan Dago berdekatan dengan Hotel The Maj terjadi Selasa (2/11) dini hari sekitar pukul 02.00 WIB akibat hujan deras. Tebing yang memiliki ketinggian 10 meter mengalami longsor berisi material tanah, tumpukan sampah, dan belasan pohon bambu.

"Tebing yang longsor rusak tiga rumah, satu rumah di atas (bagian penahan rumah) sudah keropos," ujarnya saat dikonfirmasi, Selasa (2/11). Ia mengatakan, tebing longsor berisi tumpukan sampah yang di atasnya terdapat bangunan.

Krinda melanjutkan, bagian atap pada tiga rumah mengalami kerusakan namun tidak terdapat korban jiwa. Sebanyak empat kepala keluarga yang terkena dampak mengungsi ke kerabat sedangkan kerugian masih belum dihitung.

BMKG sebelumnya memperkirakan, potensi terjadi cuaca ekstrem di Bandung Raya dalam dua hari ke depan. Cuaca ekstrem disebabkan oleh dinamika atmosfer yang menunjukkan adanya potensi belokan dan perlambatan angin yang dapat meningkatkan pola konvektifitas.

"Diprediksi aktifnya fenomena MJO (madden julian oscillation), aktifnya gelombang Rossby dan gelombang Kelvin dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia dalam beberapa hari ke depan termasuk Jawa Barat dan Bandung Raya," ujar Kepala BMKG Bandung Teguh Rahayu, Senin (1/11).

Dengan kondisi tersebut, ia menuturkan, di beberapa wilayah harus meningkatkan kewaspadaan seperti di selatan Kabupaten Bandung, Kota Bandung, dan Bandung Barat. Sedangkan beberapa wilayah lainnya di Jawa Barat harus meningkatkan kesiagaan.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tasikmalaya, Jabar, telah menetapkan status siaga bencana banjir dan longsor mulai November 2021 sampai Januari 2022. Penetapan status ini mengharuskan semua pihak termasuk masyarakat untuk waspada terhadap ancaman bencana saat musim hujan.

"Untuk Kabupaten Tasikmalaya sesuai arahan BPBD Provinsi Jabar, kita sudah siaga banjir dan longsor," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya Irwan saat dihubungi wartawan di Tasikmalaya, Selasa (2/11).

Irwan menuturkan, Bupati Tasikmalaya juga sudah menetapkan status siaga darurat bencana alam banjir dan tanah longsor saat memasuki musim hujan mulai November sampai awal 2022. BPBD Kabupaten Tasikmalaya, kata dia, sudah menindaklanjuti penetapan status itu dengan melayangkan surat imbauan ke seluruh desa dan masyarakat untuk selalu waspada dengan ancaman bencana saat musim hujan.

Seluruh elemen masyarakat, lanjut dia, untuk memantau lingkungan sekitarnya, kemudian melakukan langkah antisipasi apabila ada potensi bencana, dan segera melaporkan ke BPBD maupun pemerintah desa setempat jika terjadi bencana alam. "Masyarakat agar selalu waspada dengan cuaca saat ini, masyarakat juga diminta memantau lingkungan sekitar, apabila ada tanda-tanda akan terjadi bencana, segera menghubungi aparat desa setempat atau BPBD," kata Irwan.

Ia menyampaikan, BPBD Kabupaten Tasikmalaya dalam situasi siaga darurat terus berkoordinasi dengan dinas terkait maupun pihak swasta dalam pengadaan alat berat untuk memudahkan penanganan bencana banjir maupun longsor. "BPBD belum memiliki alat berat untuk penanganan bencana, mereka (dinas terkait) sudah siap 24 jam apabila dibutuhkan ketika terjadi bencana," katanya.

Ia menambahkan, berdasarkan laporan dari BMKG bahwa saat ini sudah memasuki musim hujan, seperti di Kabupaten Tasikmalaya sudah sering turun hujan sejak beberapa hari terakhir. Selama turun hujan, kata dia, dilaporkan sudah ada sembilan kejadian bencana alam seperti tanah longsor dengan skala kecil di beberapa daerah.

"Ada rumah yang terdampak, ada juga jalan terbawa longsor, namun tak sampai ada korban jiwa," katanya.

Di Kabupaten Cirebon, seluruh camat diinstruksikan untuk meningkatkan kewaspadaan di wilayahnya masing-masing. Instruksi itu disampaikan Bupati Cirebon, Imron Rosyadi, melalui Surat Edaran Nomor 380/2779/BPBD tentang Kesiapsiagaan Menghadapi Musim Hujan Tahun 2021.

Dalam surat tersebut, Imron menyebutkan, sejumlah bencana yang harus diwaspadai di musim hujan adalah angin puting beliung, hujan besar disertai angin, banjir bandang, serta tanah longsor. Untuk menghadapi ancaman angin puting beliung dan hujan besar disertai angin, Imron meminta para camat untuk mengecek daerah berisiko angin puting beliung menggunakan InaRISK.

"Memberi tanda-tanda rawan bila ada angin kencang dan laporkan jika terjadi bencana ke BPBD," kata Imron. Sementara untuk menghadapi ancaman banjir bandang, camat diminta mendorong gerakan partisipatif bersama masyarakat melalui kuwu untuk bersih-bersih sungai, saluran air, dan memangkas cabang pohon atau dahan yang rawan tumbang.

Camat juga diinstruksikan untuk menyiapkan sumur resapan air bila hujan lebat dan mendiseminasi informasi peringatan dini bahaya banjir kepada masyarakat. Komunikasi pun harus dilakukan dengan berbagai instansi yang terkait. Sedangkan untuk ancaman pergerakan tanah/longsor, para camat harus mendorong gerakan partisipatif kuwu dan masyarakat, seperti membuat drainase sifon di lorong curam atau sejenis dinding penahan longsor sederhana.

"Hindari daerah lereng curam yang rawan longsor, area yang ada retakan tanah dan yang ada mata air atau rembesan air pada dinding tanah di lereng," tukas Imron.

Ia menambahkan, para camat juga mesti melakukan monitoring secara berkala untuk mendapatkan informasi peringatan dini cuaca dan potensi ancaman bencana. Selain itu, camat pun diminta menyiapkan dan mensosialisasikan tempat evakuasi yang aman dan mengidentifikasi kebutuhan sumber daya yang ada di daerah masing-masing.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement