REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banjir yang melanda Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah, pada Kamis lalu (4/11), pukul 18.40 WIB, telah surut. Kejadian tersebut dipicu oleh hujan berintensitas tinggi sehingga debit air Sungai Plumbon meluap dan jebolnya tanggul Parapet di wilayah Mangkang Kulon.
Perkembangan genangan yang telah surut tersebut diinformasikan BPBD setempat pada Jumat malam (5/11), pukul 20.00 WIB. Sebelumnya ketinggian muka air saat banjir terjadi berkisar pada 30 hingga 100 cm. Sebanyak 57 KK atau 209 jiwa di Kelurahan Mangkang Kulon, Kecamatan Tugu, Kota Semarang, terdampak peristiwa ini.
"Merespons kondisi pascabanjir, BBWS Pemali Juana akan membangun talud permanen di daerah aliran sungai Plumbun yang berada di kelurahan tersebut, " kata Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB , Abdul Muhari, Jumat (5/11).
Tanggul sementara, lanjutnya, terbuat dari karung berisi pasir disiapkan untuk mengantisipasi potensi dampak lanjutan. Di samping itu, petugas gabungan dan warga melakukan gotong-royong pembersihan sampah maupun lumpur yang terbawa banjir.
Meskipun genangan telah surut, pemerintah daerah dan warga diimbau untuk tetap siaga dan waspada di tengah musim hujan, serta dampak fenomena La Nina. Pantauan prakiraan cuaca BMKG menyebutkan pada dua hari ke depan, Kota Semarang masih berpotensi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang.
Dilihat dari analisis inaRISK, Kota Semarang termasuk wilayah dengan potensi bahaya banjir dengan kategori sedang hingga tinggi. Sebanyak 15 kecamatan berada pada kategori tersebut, salah satunya Kecamatan Tugu. Sedangkan kecamatan lainnya, yaitu Genuk, Pedurungan, Semarang Barat, Semarang Utara, Gayamsari, Semarang Timur, Semarang Tengah, Semarang Selatan, Tembalang, Mijen, Ngaliyan, Gunung Pati, Gajah Mungkur dan Banyumanik.