Selasa 09 Nov 2021 20:48 WIB

Puluhan Negara tak akan Jual Mobil Bensin Mulai 2035

Sedikitnya 20 negara di dunia telah mengumumkan rencana untuk menghapus mobil BBM leb

Red:
Sedikitnya 20 negara di dunia telah mengumumkan rencana untuk menghapus mobil BBM lebih awal.
Sedikitnya 20 negara di dunia telah mengumumkan rencana untuk menghapus mobil BBM lebih awal.

Isu kendaraan ramah lingkungan kian mengemuka di Australia setelah Pemerintah Australia mengumumkan investasi $250 juta untuk penyiapan infrastruktur pengisian baterai mobil listrik.

Namun strategi pemerintah dinilai belum maksimal khususnya terkait dengan target penjualan mobil listrik.

Pada KTT perubahan iklim COP26 di Glasgow, Inggris dan beberapa negara lain berkomitmen untuk melarang penjualan mobil berbahan bakar minyak di negara maju pada tahun 2035 dan di negara berkembang pada 2040.

Sedikitnya 20 negara di dunia telah mengumumkan rencana untuk menghapus mobil BBM lebih awal.

Perusahaan pembuat mobil sendiri telah mengubah produksi mereka menjadi mobil listrik, seperti yang dilakukan Volvo, Ford di Eropa, dan bahkan Rolls Royce.

Mereka berkomitmen menjual kendaraan yang semuanya bertenaga listrik pada tahun 2030.

Pabrikan lainnya, termasuk General Motors dan Volkswagen, segera menyusul.

Perlombaan penghapusan produksi mobil BBM sudah mulai. Tapi Australia belum beranjak dari garis 'start'.

Penjualan mobil listrik semakin pesat

Menurut asosiasi industri otomotif Australia, baru 0,8 persen dari jenis kendaraan ringan baru yang dijual bertenaga listrik di tahun 2021.

Meskipun angka ini dua kali lipat dari jumlah yang terjual tahun lalu, namun sangat ketinggalan bila dibandingkan tren penjualan global 4 persen.

Di Eropa dan Inggris saat ini satu dari 10 mobil yang terjual merupakan mobil listrik.

Di Norwegia, yang memimpin penjualan mobil listrik di dunia, tiga perempat mobil baru yang terjual tahun lalu adalah mobil listrik.

Penjualan kendaraan ramah lingkungan ini terus tumbuh melampaui penjualan mobil bensin. Bahkan semasa pandemi COVID-19, penjualan mobil listrik tumbuh karena penjualan mobil bensin turun.

Banyak negara yang menyatakan keinginan untuk menandatangani perjanjian larangan mobil bertenaga bensin juga telah memiliki infrastruktur pengisian baterai yang lebih berkembang.

Menurut The Blueprint Institute, pada tahun lalu belum cukup 100 stasiun pengisian baterai per sejuta orang di Australia, sementara di Eropa sudah ada 400 stasiun per sejuta orang.

Bahkan Amerika Serikat, yang sama-sama tertinggal dalam mobil listrik dan tidak berniat menandatangani larangan mobil BBM pada 2035, memiliki dua kali lebih banyak stasiun pengisi baterai daripada Australia.

Australia tak mau melarang

Untuk menghapuskan mobil bertenaga bensin dari Australia pada tahun 2035 akan membutuhkan langkah yang serius.

Pemerintah Australia menolak untuk menetapkan kebijakan ini, dengan alasan konsumen harus dapat membeli apa yang mereka inginkan.

"Kami tidak akan memberitahu mereka apa yang harus mereka beli... kami tak akan memberitahu mereka bagaimana menjalani hidup mereka," kata Perdana Menteri Scott Morrison.

"Warga Australia akan membuat pilihan mereka sendiri," ucapnya.

Partai Buruh yang beroposisi juga tidak berkomitmen untuk memberlakukan target penjualan mobil listrik.

Tapi beberapa negara bagian telah melangkah lebih jauh dengan target mobil listriknya.

Wilayah khusus ibu kota Caberra (ACT) yang terdepan dalam penjualan mobil listrik berdasarkan populasi, telah menetapkan target agar semua mobil baru yang dijual pada 2030 harus tanpa emisi.

Meskipun Pemerintah Federal Australia tidak mengikuti jejak ACT, namun telah memperkirakan satu dari empat mobil yang dijual pada tahun 2030 adalah mobil listrik.

Kalangan industri mengatakan pada saat ini, Australia tidak mungkin meraih target semacam itu.

Dewan Kendaraan Listrik menganjurkan perlunya ada diskon, pembebasan pajak, dan target emisi untuk mendorong perubahan dalam pasar mobil.

Tanpa hal itu, katanya, pasar mobil listrik di Australia akan terus tertinggal dibandingkan negara lain.

Diproduksi oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC News.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement