REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti mengajak generasi milenial untuk mengenali sosok Ismail Marzuki. Gambar Ismail ditampilkan dalam Google Doodle atau halaman depan mesin pencarian tersebut bertepatan dengan Hari Pahlawan.
"Ismail Marzuki adalah seorang seniman besar. Komposer hebat. Ia menciptakan banyak lagu patriotik dalam perjuangan pergerakan kemerdekaan bangsa," kata LaNyalla di sela-sela kunjungan dapil di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (11/11).
Senator asal Jatim itu menilai, Ismail Marzuki yang mendapat gelar pahlawan nasional, juga diabadikan namanya pada sebuah gedung bernama Taman Ismail Marzuki (TIM) pada 10 November 1968. Hal itu untuk menghormati warisan sang seniman. "Tempat itu berfungsi sebagai pusat pelestarian warisan budaya Indonesia dan inovasi kreatif dalam seni rupa, musik, teater, tari dan film," tutur LaNyalla.
Dia menjelaskan, ada banyak ruang ekspresi yang dimanfaatkan generasi milenial untuk menunjukkan identitasnya. Salah satunya melalui seni yang menjadi ruang yang sangat digemari generasi milenial dalam mengekspresikan diri. "Atas dasar inilah saya mengajak generasi milenial untuk berkreasi menumbuhkan rasa cinta Tanah Air melalui ekspresi seni," ajaknya.
Seni, kata LaNyalla, dapat menjadi jembatan komunikasi antarmasa dan generasi dalam rentang waktu. Dengan musik dan film setiap sejarah mengenai bangsa dan kebangsaan akan terus mengalir sesuai dengan zamannya. "Seni merupakan ruang kreativitas yang menembus lintas batas. Tak ada batasan zaman dalam berkesenian. Seni merupakan ruang dialog antar-generasi dan antar-zaman yang tetap hidup dan kontekstual dalam dinamika kekinian," ujar LaNyalla.
Ismail Marzuki lahir 11 Mei 1914 di Kwitang, Jakarta Pusat. Ketika itu, wilayah berada di bawah kekuasaan pemerintah kolonial Belanda. Meski profesi pemusik tidak umum di lingkungannya kala itu, semangat Ismail Marzuki tidak kendor.
Ia kerap berlatih hingga lima jam sehari untuk menguasai delapan instrumen, yaitu harmonika, mandolin, gitar, ukulele, biola, akordeon, saksofon dan piano.
Pada usia 17 tahun, dia menggubah lagu pertama dan menjadi awal dari ratusan lagu yang kemudian ia hasilkan sepanjang kariernya. Lagu-lagu Ismail Marzuki menangkap semangat perjuangan kemerdekaan Indonesia dengan nada melankolis sekaligus mewakili ketahanan bangsa melalui melodi dengan nada-nada meninggi.