Kamis 11 Nov 2021 14:12 WIB

Bahlil: Investasi dari UEA Bukan Kaleng-Kaleng

Pandangan investor UEA terhadap Indonesia semakin baik.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Fuji Pratiwi
Kepala BKPM Bahlil Lahadalia. Indonesia telah memboyong komitmen investasi sebesar 44,6 miliar dolar AS dari UEA.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Kepala BKPM Bahlil Lahadalia. Indonesia telah memboyong komitmen investasi sebesar 44,6 miliar dolar AS dari UEA.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengumumkan, telah memboyong komitmen investasi sebesar 44,6 miliar dolar AS. Komitmen itu didapat setelah kunjungannya ke Uni Emirat Arab (UEA).

"Total komitmen UEA 44,6 miliar dolar AS. Ini bukan angka kaleng kerupuk," ujar Bahlil dalam konferensi pers virtual, Kamis (11/11).

Baca Juga

Bahlil menuturkan, sebanyak 18 miliar dolar AS di antaranya ditangani oleh Indonesia Investment Authority (INA). Lalu sisanya, dikelola oleh Kementerian Investasi.

Komitmen investasi itu, kata dia, meliputi sektor infrastruktur, pertanian, alat kesehatan, data center, hilirisasi pertambangan, serta energi baru terbarukan. "Bahkan ada satu kesepakatan membangun Air Products 13 miliar dolar AS untuk hilirisasi batu bara," ujar dia.

Ia menjelaskan, sesuai arahan Presiden Joko Widodo, transformasi ekonomi harus diimplementasikan sekaligus menciptakan industrialisasi yang bisa menciptakan nilai tambah. Tujuannya agar mengurangi impor batu bara.

"Impor batu bara kita lima sampai enam juta, cadangan devisa kita keluar Rp 55 triliun sampai Rp 70 triliun. Maka perlahan kurangi impor LPG ganti dengan DME (Dimethyl Ether). Jadi subtitusi impornya dapat, neraca perdagangan terjaga, kedaulatan energinya dapat, serta akan banyak buka lapangan kerja dan nilai tambah," tutur dia.

Menurut Bahlil, pandangan investor asal UEA terhadap Indonesia semakin baik. Indonesia sendiri, lanjut Bahlil, sekarang sudah berubah pascapemberlakuan Undang-Undang (UU) Cipta Kerja.

UU tersebut, sambung dia, memberi rasa kepastian, transparansi, efisiensi, dan kecepatan. "Ini bukan pekerjaan gampang, harus dilakukan bersama. Lewat sini, saya punya keyakinan apa yang sudah direncanakan dengan progres kekinian, tiga sampai empat tahun ke depan Indonesia akan disegani konteks ekonomi," jelas Bahlil.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement