Kamis 11 Nov 2021 21:10 WIB

Sulitnya Mengajak Lansia Ikut Vaksinasi

Hoaks menjadi salah satu tantangan untuk mencapai target vaksinasi lansia.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Friska Yolandha
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada nenek bernama Tarmi di rumahnya Kelurahan Kalinyamat Wetan, Tegal, Jawa Tengah, Kamis (21/10). Hoaks menjadi salah satu tantangan untuk mencapai target vaksinasi lansia.
Foto: ANTARA/Oky Lukmansyah
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada nenek bernama Tarmi di rumahnya Kelurahan Kalinyamat Wetan, Tegal, Jawa Tengah, Kamis (21/10). Hoaks menjadi salah satu tantangan untuk mencapai target vaksinasi lansia.

REPUBLIKA.CO.ID, Dian Fath Risalah

JAKARTA -- Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI, Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, hingga saat ini, baru 43 persen sasaran vaksinasi lansia mendapatkan dosis pertama. Hal ini justru berbanding terbalik dengan capaian vaksinasi secara umum, di mana 61 persen sasaran sudah tervaksinasi, sehingga kurang sekitar 40 persen yang harus dikejar.

Baca Juga

"Targetnya, minimal dosis pertama dikejar sampai akhir Desember 2021. Karena kita tahu, kesakitan dan kematian pada usia di atas 59 tahun meningkat 6-7 kali lebih tinggi daripada nonlansia,” tuturnya dalam diskusi daring, Kamis (11/11).

Menurutnya, saat ini Indonesia seharusnya melihat pengalaman Singapura, di mana sebagian besar kasus meninggal adalah lansia yang belum tervaksinasi sehingga kerentanannya tinggi. Ihwal kekhawatiran para lansia, Nadia memastikan vaksin COVID-19 sudah melalui uji klinis dan sangat aman dan efek sampingnya kecil. Pada hasil uji klinis, usia pun tidak mempengaruhi KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi).

“Justru vaksin COVID-19 ini ditujukan bagi lansia dan orang yang punya komorbid, karena itulah kelompok yang terbanyak terdampak dengan sakit parah bahkan kematian,” terang Nadia.

Ia mengatakan, bila target vaksinasi tidak tercapai, maka Indonesia tidak bisa seutuhnya membentuk kekebalan kelompok. Padahal, wilayah dengan cakupan vaksinasi di atas 70 persen situasi pandemi dapat beralih ke endemi, kasus akan sangat rendah.

Sementara di daerah yang belum mencapai target vaksinasi, maka seperti halnya cakupan vaksinasi imunisasi rutin, pada daerah tersebut potensi kejadian luar biasa pasti akan mudah terjadi dan akan mengganggu kabupaten kota lainnya. “Kita tidak akan bisa keluar dari pandemi bila target sasaran vaksinasi belum tercapai,” tegas Nadia.

Mengenai vaksin booster, Nadia menyebutkan bahwa hal tersebut sudah menjadi bagian dari perencanaan perlindungan masyarakat dan sudah dilaksanakan pada tenaga kesehatan. Diketahui, seiring waktu, imunitas akan berkurang dan munculnya turunan varian Delta selalu mengancam.

“Sehingga perlu adanya vaksin tambahan untuk memperkuat imunitas, antibodi yang sudah terbentuk dari vaksin satu dan dua,” ujarnya.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam yang juga Vaksinolog, Dirga Sakti Rambe mengakui, informasi yang keliru atau hoaks masih menjadi tantangan vaksinasi lansia. Menurut Dirga, pada zaman digital sekarang ini hoaks memang tidak terhindarkan, bukan hanya di Indonesia melainkan menjadi fenomena global.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement