Sabtu 13 Nov 2021 08:10 WIB

Psikolog: Penting Ajarkan Empati pada Anak Lewat Bermain

Anak bisa belajar tentang empati lewat bermain bersama dan berbagi

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Anak-anak bermain di RPTRA Bonti, Tanah Abang, Jakarta, Selasa (26/10). Anak bisa belajar tentang empati lewat bermain bersama dan berbagi.
Foto: Prayogi/Republika.
Anak-anak bermain di RPTRA Bonti, Tanah Abang, Jakarta, Selasa (26/10). Anak bisa belajar tentang empati lewat bermain bersama dan berbagi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Psikolog anak dari Universitas Indonesia Anastasia Satriyo mengatakan penting untuk mengajarkan anak untuk memiliki rasa simpati dan empati dengan sesama sejak dini. Salah satu caranya adalah selain dengan bermain bersama juga dengan membiasakan untuk berbagi kepada teman maupun siapapun yang membutuhkan.

"Baiknya kebiasaan untuk berbagi dipupuk sejak dini agar sang buah hati dapat tumbuh menjadi pribadi yang dermawan dan memiliki rasa empati tinggi terhadap sesama," kata Anastasia dalam keterangannya pada Sabtu (13/11).

Baca Juga

Ia menjelaskan anak belajar untuk berbuat kebaikan melalui quality time bersama dan mencontoh dari orang tuanya. Orang tua bisa mengajarkan anak melalui permainan yang menyenangkan dan tidak memaksa. Hal ini akan membuat anak ingat dan memiliki keinginan untuk mengulang berbuat baik ke depannya.

Anastasia juga berbagi kiat melatih anak untuk berbuat kebaikan. "Pertama, menggunakan kata-kata atau kalimat yang baik dan mengapresiasi perilaku anak yang baik. Lalu bisa juga orang tua bermain role play menggunakan figur dan mainan yang konkret," jelasnya.

Kiat selanjutnya, orang tua bisa mengajak anak bermain sambil mengenalkan beragam nama emosi pada buah hati. "Dalam beberapa permainan biarkan anak memegang kendali. Anak yang mendapatkan kesempatan untuk diikuti saat bermain akan lebih mudah berempati terhadap orang lain," katanya.

Figur publik Tasya Kamila pun meyakini dengan bermain menggunakan mainan edukasi yang tepat, tanpa disadari sang anak pun belajar disaat yang bersamaan. "Aku percaya proses belajar anak dimulai sejak mereka masih kecil sehingga harus memberikan mainan yang bermanfaat untuk tumbuh kembangnya," kata Tasya.

"Bentuk pembelajaran anak pun biasa dilakukan dengan mencontoh orang tuanya. Maka aku pun membiasakan untuk memperlihatkan perilaku atau kebiasaan baik agar anakku pun bisa melakukan hal yang sama. Seperti membiasakan anak untuk mau berbagi atau memberi dengan sesama, maka kami sebagai orang tua harus mencontohkannya terlebih dahulu," imbuhnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement