Senin 15 Nov 2021 20:26 WIB

Studi: Covaxin 77,8 Persen Efektif Cegah Gejala Covid-19

Vaksin Covaxin 93,4 persen efektif cegah Covid-19 parah.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Nora Azizah
Vaksin Covaxin 93,4 persen efektif cegah Covid-19 parah.
Foto: EPA
Vaksin Covaxin 93,4 persen efektif cegah Covid-19 parah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi baru menawarkan data peer-review dan publikasi pertama tentang kemanjuran vaksin Covid-19 yang dikembangkan di India, Covaxin. Studi tersebut mencatat, Covaxin 77,8 persen efektif dalam mencegah gejala Covid-19 dalam uji klinis fase 3 yang besar.

Dilansir dari newatlas, Senin (15/11), studi tersebut muncul hampir setahun setelah kontroversi pada awal 2021 lalu oleh otorisasi India. Sebab, vaksin Covaxin pada saat itu masih dalam uji coba tahap 3 dan tak ada publikasi resmi mengenai data uji coba tahap 2. 

Baca Juga

Seorang peneliti juga menyebutkan bahwa persetujuan prematur Covaxin tidak masuk akal. Saat itu, regulator obat India, Central Drugs and Standards Committee (CDSCO), secara tidak terduga mengeluarkan persetujuan penggunaan darurat untuk vaksin Covid-19 Covaxin.

Namun, kini setelah hampir setahun setelah uji coba pada manusia fase 3 dimulai, data peer-review pertama dari uji coba itu telah diterbitkan di The Lancet. Temuan utama mencatat, vaksin tersebut 77,8 persen efektif dalam mencegah gejala Covid-19.

Uji coba fase 3 mendaftarkan lebih dari 25.000 subjek yang dialokasikan secara acak baik dua dosis vaksin yang diberikan terpisah empat pekan atau dua dosis plasebo. Terhadap Covid-19 tanpa gejala, penelitian ini melaporkan kemanjuran 63,6 persen, dan mungkin yang paling penting, vaksin itu 93,4 persen efektif untuk mencegah Covid-19 yang parah.

Tidak ada efek samping serius yang terdeteksi dalam percobaan. Vaksin ditemukan memiliki profil keamanan yang sangat baik dengan hanya sesekali dilaporkan efek samping ringan, seperti sakit kepala atau nyeri di tempat suntikan. Uji coba tersebut berlangsung selama periode waktu munculnya varian delta di India.

Namun, studi tersebut mencatat bahwa uji coba tersebut tidak cukup kuat untuk mengevaluasi keefektifan secara komprehensif terhadap varian tersebut. Analisis awal data juga menunjukkan bahwa Covaxin 65 persen efektif mencegah infeksi simtomatik dari varian delta.

Sejak otorisasi penggunaan darurat Covaxin pada awal 2021, lebih dari 100 juta orang di India telah menerima vaksin tersebut. Penggunaannya juga telah disetujui untuk penggunaan darurat di sejumlah negara, termasuk Iran, Zimbabwe, Meksiko dan Filipina.

Pada awal November, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya mengeluarkan persetujuan penggunaan darurat untuk Covaxin. Hal ini tentu saja membuka jalan bagi penerimaan internasional yang lebih besar terhadap vaksin dan meletakkan dasar bagi mereka yang divaksinasi untuk bepergian ke luar negeri. Persetujuan WHO juga memungkinkan Covaxin untuk didistribusikan ke negara-negara berpenghasilan rendah sebagai bagian dari rencana distribusi vaksin Covax internasional.

Covaxin adalah vaksin Covid-19 paling tradisional yang menerima penerimaan global secara luas, menggunakan teknologi vaksin berusia seabad. Vaksin ini juga dikenal sebagai vaksin virus utuh yang tidak aktif, mirip dengan vaksin polio dan flu.

Vaksin yang tidak aktif menggunakan sampel virus sebenarnya yang secara kimiawi dinonaktifkan atau dibunuh sehingga tidak dapat bereplikasi. Partikel virus yang tidak aktif ini kemudian digabungkan dengan bahan kimia yang disebut adjuvant yang dirancang untuk merangsang respons imun.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement