REPUBLIKA.CO.ID, QUITO - Presiden Ekuador Guillermo Lasso mengumumkan rencana untuk memulihkan penjara termasuk dengan keterlibatan militer, Senin (15/16) waktu setempat. Rencana ini dilakukan sebagai bagian dari langkah-langkah untuk mengatasi gelombang kekerasan di penjara yang merenggut nyawa.
"Langkah-langkah untuk menenangkan penjara telah disepakati dengan berbagai pejabat," kata Lasso. Menurutnya kekerasan di penjara adalah salah satu krisis terbesar yang dihadapi negara itu dalam beberapa dasawarsa.
Presiden menunjuk Jenderal Orlando Fabian Fuel sebagai kepala angkatan bersenjata Ekuador pada Ahad malam lalu waktu setempat. Dia juga menunjuk Luis Burbano sebagai komandan baru tentara Ekuador sambil menempatkan Fausto Cobo, kepala badan intelijen negara itu, sebagai penanggung jawab otoritas penjara SNAI.
"Ekuador menghadapi ancaman eksternal yang serius dari serangan mafia penyelundup narkoba, yang sama yang berniat untuk menguasai pusat-pusat penahanan dan mengambil ketenangan pikiran kita," kata Lasso dalam konferensi pers di Guayaquil.
Pihak berwenang mengaitkan kerusuhan di penjara dengan geng-geng penyelundup narkoba yang bersaing memperebutkan rute perdagangan. Lasso mengatakan sekutu termasuk Amerika Serikat dan Kolombia akan membantu Ekuador dalam memerangi perdagangan narkoba.
"Upaya untuk menengahi geng akan dilakukan, meskipun tanpa membuat konsesi kepada para pemimpin untuk mengamankan perdamaian di dalam penjara," kata presiden.
"Personel militer juga akan berpartisipasi dalam kontrol keamanan di dalam dan di luar penjara," ujarnya menambahkan.
Pertempuran antara kelompok kriminal di penjara Penitenciaria del Litoral menewaskan hingga 68 narapidana akhir pekan lalu. Sementara 25 narapidana lain terluka.
Pada akhir September tahun ini, 119 narapidana juga tewas di penjara di Kota Guayaquil. Insiden itu merupakan kekerasan penjara terburuk dalam sejarah negara.