Rabu 17 Nov 2021 17:09 WIB

Ternak Warga Ciamis Diduga Dimangsa Macan Tutul

Sejak 2018 setidaknya terdapat 20 konflik warga dengan macan tutul.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Agus raharjo
Macan tutul tertangkap jebakan yang dipasang oleh warga di kaki Gunung Sawal, Desa Cikupa, Kecamatan Lumbung, Kabupaten Ciamis, Kamis (25/6).
Foto: istimewa
Macan tutul tertangkap jebakan yang dipasang oleh warga di kaki Gunung Sawal, Desa Cikupa, Kecamatan Lumbung, Kabupaten Ciamis, Kamis (25/6).

REPUBLIKA.CO.ID, CIAMIS -- Sebanyak dua ternak milik warga di Blok Neglasari, Dusun Nanggela, Desa Sandingtaman, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, diduga dimangsa macan tutul, sepanjang November 2021. Di bangkai ternak itu didapati bekas cakaran satwa yang bermukim di Suaka Margasatwa Gunung Sawal tersebut.

Kepala Desa Sandingtaman, Ili Irfan Nawawi menjelaskan, peristiwa itu terjadi awal November secara berturut-turut. Akibatnya, dua domba ternak milik warga mati. Namun, bangkainya ditinggal di dalam kandang.

Baca Juga

Menurut dia, pihaknya sudah melaporkan kejadian itu ke Kantor Bidang Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Wilayah III Ciamis. "Harapan warga itu ingin ada ganti rugi ternak yang mati. Namun KSDA hanya melakukan pemasangan kawat duri. Karena tak ada anggaran katanya," kata dia saat dihubungi RepJabar, Rabu (17/11).

Tim dari KSDA rencananya melakukan pemagaran dengan kawat duri di sekitar kandang ternak warga. Diharapkan, macan tutul tak lagi memangsa hewan ternak milik warga.

Irfan menilai, konflik warga dengan macan tutul di wilayahnya itu bukan yang kali pertama terjadi. Berdasarkan pendataannya, sejak 2018 setidaknya terdapat 20 konflik warga dengan macan tutul. Dalam konflik itu, yang menjadi korban selalu hewan ternak warga.

Ia menyebutkan, wilayah blok Neglasari memang berlokasi di kaki Gunung Sawal. Meski kandang domba berdekatan dengan rumah warga, macan tutul selalu menggangu ternak. Namun, menurut dia, satwa liar itu belum pernah mengganggu manusia secara langsung karena takut.

"Mungkin karena ekosistem di Gunung Sawal terganggu, makanan berkurang, jadinya turun ke permukiman warga," ujar dia.

Irfan mengatakan, warga sekitar sudah sering melakukan pengusiran satwa liar itu agar kembali ke habitatnya. Namun karena lapar, macan tutul itu tetap kembali lagi ke kandang ternak.

Kendati demikian, menurut dia, warga di wilayah itu sudah paham untuk tidak membunuh macan tutul. Sebab, macan tutul statusnya satwa dilindungi. "Takutnya kena pidana. Namun di sisi lain mereka mengganggu juga. Makanya sekarang kita upayakan melakukan ronda kalau malam, karena di sana banyak ternak warga," kata dia.

Pelaksana harian (Plh) Kepala Seksi Konservasi WIlayah VI Tasikmalaya, Bidang Konservasi Sunber Daya Alam (KSDA) Wilayah III Ciamis, Tatan Rustandi, mengatakan, peristiwa macan tutul memangsa ternak warga di Desa Sandingtaman terjadi pada 4 November. Kejadiannya diperkirakan pada malam hari, tapi baru diketahui pagi harinya.

"Memang ini merupakan kejadian berulang. Bukan hanya di Desa Sandingtaman, tapi juga di wilayah lain sekitar Gunung Sawal," kata dia.

Menurut Tatan, turunnya macan tutul ke permukiman warga diduga akibat overpopulasi. Alhasil, terjadi persaingan antarmacan tutul, sehingga yang kalah turun ke permukiman warga.

Ia menyebutkan, berdasarkan pendataan pada 2020, populasi macan tutul di Gunung Sawal ada 11 ekor. Idealnya, wilayah suaka margasatwa itu hanya menampung tujuh sampai delapan ekor macan tutul.

Menurut dia, pihaknya pernah melakukan survei ketersediaan makanan untuk macan tutul di Gunung Sawal pada 2017. Hasilnya, populasi hewan yang menjadi mangsa macan tutul masih mencukupi.

"Namun karena ada persaingan, juga ada perburuan babi hutan, yang menjadi makanan macan tutul, jadi semakin kurang. Selain itu juga kan karena aktivitas manusia, karena di sana juga kan ada hutan produksi. Jadi mungkin macan agak terganggu," ujar dia.

Tatan mengatakan, pihaknya sudah melakukan langkah untuk sosialisasi kepada masyarakat agar tak menangkap atau membunuh macan tutul. Pasalnya, macan adalah satwa dilindungi.

"Kita juga ajarkan masyarakat sekitar cara menghalau macan tutul. Selain itu, kita juga akan lakukan pemagaran kandang ternak milik warga dengan kawat duri. Supaya macan tak mengganggu lagi," kata dia.

Ia mengingatkan warga agar selalu berkoordinasi apabila ada macan turun masuk ke permukiman. Warga diminta tak melakukan tindakan sendiri, apalagi sampai membunuh satwa itu.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement