REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran mengumumkan telah memvaksinasi penuh 44 juta orang atau lebih dari separuh populasinya yang berjumlah 85 juta jiwa. Iran diketahui sebagai paling parah dilanda pandemi di Timur Tengah.
Kementerian Kesehatan mengatakan pada Sabtu (20/11), sebanyak 44 juta orang itu menerima dua dosis vaksin. Iran umumnya menggunakan vaksin Sinopharm buatan h, meskipun Sputnik-V Rusia dan vaksin yang dibuat oleh perusahaan farmasi Inggris-Swedia AstraZeneca juga digunakan.
Pada Juni, Iran juga secara resmi mulai menggunakan vaksin COVIran Barekat yang diproduksi di dalam negeri. Namun, pemerintah tidak mempublikasikan data tentang keamanan atau kemanjurannya.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menerima vaksin buatan dalam negeri di TV pemerintah dan mendorong masyarakat untuk mengikutinya. Sebelumnya dia pernah memperingatkan terhadap impor vaksin Amerika Serikat dan Inggris di tengah ketidakpercayaan yang mengakar terhadap Barat.
Iran telah mencatat setidaknya 128 ribu kematian sejak dimulainya pandemi virus korona. Ada lebih dari 3.500 kasus infeksi baru dalam 24 jam terakhir, serta 118 kematian.
Pemerintah juga mencatat bahwa jumlah korban tewas harian telah menurun dalam beberapa bulan terakhir, sesuatu yang oleh para ahli Iran dikaitkan dengan vaksinasi. Korban tewas harian tunggal tertinggi terjadi pada 24 Agustus, dengan 709 kematian.
Pihak berwenang telah memperingatkan bahwa lebih banyak lonjakan virus diperkirakan terjadi. Terrbaru datang pada Agustus, didorong oleh varian delta yang menular. Kurang dari setengah populasi di Iran mengikuti langkah-langkah seperti mengenakan masker dan menjaga jarak sosial.