Senin 22 Nov 2021 09:09 WIB

Pemerintah Sebut Kondisi Yield Obligasi Stabil

Pelaku pasar masih optimis terhadap pasar modal Indonesia.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Jurnalis foto mengambil gambar layar yang menampilkan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (12/11). Pemerintah menilai yield obligasi yang bertenor 10 tahun masih dalam kondisi stabil kisaran enam persen atau 6,07 persen.
Foto: Prayogi/Republika.
Jurnalis foto mengambil gambar layar yang menampilkan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (12/11). Pemerintah menilai yield obligasi yang bertenor 10 tahun masih dalam kondisi stabil kisaran enam persen atau 6,07 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menilai yield obligasi yang bertenor 10 tahun masih dalam kondisi stabil pada kisaran enam persen atau 6,07 persen. Hal ini menunjukkan pelaku pasar masih memiliki optimisme terhadap pasar modal Indonesia terlepas dari pengumuman tapering The Fed.

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan optimisme pelaku pasar terhadap pasar modal modal Indonesia terlihat dari pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang mengalami kenaikan beberapa pekan ini.

Baca Juga

“Artinya pelaku pasar masih memiliki optimisme terhadap pasar modal Indonesia terlepas dari pengumuman tapering The Fed,” ujarnya kepada Republika.co.id, pekan lalu.

Kendati demikian, Susiwijono mengakui keputusan tapering the Fed tidak akan menyebabkan capital outflow sebesar pada 2013-2014. Hal ini terlihat dari fundamental ekonomi dan ketahanan sektor eksternal Indonesia yang lebih resilient.

Adapun kondisi defisit transaksi berjalan, cadangan devisa, dan tingkat suku bunga riil pada 2020 yang lebih baik dibandingkan rata-rata dari 2011-2015 telah memberikan fondasi ekonomi yang kuat bagi Indonesia untuk meminimalisasi risiko capital outflow. Bahkan fundamental ekonomi ini diperkirakan akan membaik pada 2021 sejalan perkembangan pemulihan ekonomi.

“Selain itu, pelaku pasar juga telah mengantisipasi kebijakan tapering ini karena pihak The Fed telah melakukan komunikasi publik yang baik terkait kebijakan moneternya, berbeda 2013-2014 yang menyebabkan terjadinya tantrum,” ucapnya.

Sebelumnya, dilaporkan bahwa Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve mengakhiri pertemuan dua hari dengan keputusan pengurangan pembelian aset mulai November. The Fed juga akan mempertahankan suku bunga tetap rendah mendekati nol persen.

"Pengurangan pembelian obligasi akan dimulai akhir bulan ini," kata Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) dalam keterangannya.

Selama ini, total ada 120 miliar dolar AS yang dibeli The Fed setiap bulannya. Dengan keputusan terbaru, ini berarti akan ada pengurangan 15 miliar dolar AS setiap bulan, yang terdiri dari 10 miliar dolar AS di treasury dan 5 miliar dolar AS di sekuritas berbasis hipotek. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement