REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan, telah menutup 70 perusahaan BUMN. Penutupan dilakukan ke perusahaan yang sudah lama tidak beroperasi.
Dia menyebutkan, BUMN yang sudah tak beroperasi sejak 2008 ditutup. Hal itu karena, sudah tidak bisa berkompetisi.
"Ada BUMN tidak beroperasi dari 2008 harus ditutup. Itu realitas, supaya tidak terjadi pemborosan kalau BUMN bisa berkompetisi," ujar Erick dalam Orasi Ilmiah yang digelar Universitas Brawijaya dan disiarkan secara virtual pada Sabtu (27/11).
Ia menegaskan, penutupan BUMN akan terus dilakukan dalam beberapa waktu ke depan. Meski begitu, Erick memastikan tak akan mengurangi jumlah tenaga kerja.
Efisiensi, kata dia, juga akan dilakukan di masing-masing perusahaan. Misal di industri perbankan, ada perusahaan yang menutup beberapa kantor cabang, tapi tidak ada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Sebagai Menteri BUMN, kata Erick, tanggung jawabnya sangat berat. Hal itu karena, dirinya harus memastikan sepertiga kekuatan ekonomi Indonesia.
Perlu diketahui, BUMN merupakan sepertiga kekuatan ekonomi nasional. Sayangnya saat pandemi, 90 persen perusahaan milik negara tersebut turut terdampak.
"Selain kekuatan, BUMN juga penyeimbang dan intervensi. BUMN itu unik, dia korporasi tapi juga public service, misal karena Covid-19 penumpang kereta api hanya 15 persen, kalau rugi begitu perusahaan swasta bisa stop, tapi BUMN nggak boleh stop," tutur Erick.