Kamis 02 Dec 2021 00:15 WIB

ECOTON: Ikan di 3 Sungai di Pulau Jawa tak Layak Dikonsumsi

Sampel ikan dari 3 sungai terbesar di Pulau Jawa positif mengandung mikroplastik.

Rep: Wilda Fizriyani / Red: Agus Yulianto
Warga menunjukkan bangkai ikan di Sungai Bengawan Solo yang tercemar limbah.
Foto: Antara/Maulana Surya
Warga menunjukkan bangkai ikan di Sungai Bengawan Solo yang tercemar limbah.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Lembaga Kajian Ekologi dan Observasi Lahan Basah (ECOTON) telah melakukan penelitian mengenai kelayakan ikan di Pulau Jawa. Hasilnya, ikan-ikan di sungai utama Pulau Jawa tidak layak dikonsumsi karena mengandung mikroplastik.

Direktur ECOTON Prigi Arisandi menyatakan, masyarakat tentu mengetahui ikan termasuk salah satu protein hewani yang cukup banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain rasanya enak, ikan mengandung nutrisi yang tinggi akan Omega-3, DHA dan EPA. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan konsumsi ikan juga ikut bertambah. 

"Namun hal ini berbanding terbalik dengan kondisi perairan yang mana habitat ikan untuk tumbuh dan berkembang tercemar oleh sampah plastik," kata Prigi kepada Republika, Rabu (1/12).

Prigi mengatakan, lembaganya telah melakukan studi pada awal 2021 di Kali Brantas, Bengawan Solo, dan Sungai Citarum. Hasilnya, tiga sungai terbesar di Pulau Jawa ini mengandung mikroplastik. Hasil temuan ini menjadi indikasi untuk mengidentifikasi mikroplastik pada ikan di tempat tersebut.

Prigi dan para peneliti dari ECOTON pun mengambil sambel beberapa jenis ikan dari sungai-sungai tersebut. Pengambilan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kandungan mikroplastik di tubuh ikan. "Hasil dari penelitian ikan tersebut menunjukkan bahwa seluruh sampel ikan positif mengandung mikroplastik," ungkapnya.

ECOTON menemukan, rata-rata satu ikan di Sungai Brantas mengandung 42 partikel mikroplastik. Kemudian untuk satu ikan di Bengawan Solo sekitar 20 partikel mikroplastik. Sementara itu, rata-rata satu ikan di Sungai Citarum mengandung 68 partikel mikroplastik. 

Selain di sungai, ECOTON juga melakukan identifikasi di lautan lepas Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Prigi dan para peneliti mengambil sampel 11 jenis ikan hasil tangkapan nelayan. Ikan-ikan ini ditunjukkan untuk diidentifikasi kandungan mikroplastiknya.

Hasil kelimpahan rata-rata mikroplastik pada satu ekor ikan di Kepulauan Seribu sebesar 167 partikel mikroplastik. Jika dibandingkan dengan rata-rata mikroplastik di ketiga sungai, maka hasil dari perairan lepas justru lebih tinggi. Menurut Prigi, hal ini disebabkan karena laut merupakan “tempat sampah” terakhir dari pencemaran sungai.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Guru Besar Teknik Lingkungan dari ITS, Profesor Yulinah Trihadiningrum. Menurut dia, 80 persen sampah plastik di sungai akan bermuara ke lautan. Dari temuan tersebut, maka ikan di Pulau Jawa tidak layak untuk dikonsumsi oleh manusia. Hal karena ikan sudah makan plastik dan akan berakibat buruk bagi kesehatan. 

Peneliti ECOTON Eka Chlara Budiarti menyatakan, terdapat tiga potensi berbahaya yang disebabkan oleh mikroplastik. Secara fisik, mikroplastik akan masuk dalam tubuhdan mampu mengiritasi saluran pencernaan maupun saluran pernafasan. Jika terakumulasi banyak di dalam tubuh, maka akan mengendap dan memicu terbentuknya jaringan sel kanker.

Adapun potensi secara kimiawi, mikroplastik mampu mengikat polutan atau senyawa berbahaya di sekitarnya. Dalam hal ini seperti senyawa pestisida, logam berat, detergen, POPs dan sebagainya. Mikroplastik juga memiliki kandungan kimia berbahaya seperti Endocrine Disrupting Chemica (EDC) yang mampu mengganggu hormon manusia.

Selain itu, mikroplastik juga mampu menjadi vektor bakteri patogen atau bakteri infeksius. Hal ini berarti bisa menginfeksi jika tidak sengaja masuk ke dalam tubuh manusia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement