Jumat 03 Dec 2021 05:57 WIB

Studi Baru Sebut Air di Bumi Mungkin Berasal dari Matahari

Ada bukti partikel di matahari bisa menciptakan air di permukaan asteroid.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Dwi Murdaningsih
Matahari. ILustrasi
Foto: Dailymail
Matahari. ILustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bumi adalah planet paling biru di tata surya. Bumi memiliki air melimpah. Namun, tak ada yang benar-benar tahu darimana asal sumber air di bumi. Asal usul air di Bumi juga telah lama diperdebatkan oleh para ilmuwan.

Kini, dalam sebuah penelitian baru ilmuwan mengusulkan bahwa air di Bumi mungkin saja berasal dari matahari. Kok bisa?

Baca Juga

Peneliti dari University of Glasgow mengatakan ada bukti bahwa partikel yang dipancarkan Matahari bisa menciptakan air di permukaan butiran debu pada asteroid yang menabrak Bumi.

Terbentuknya air dari tabrakan asteroid

Menurut para astronom, radiasi matahari mungkin telah menciptakan air di permukaan butiran debu yang dibawa oleh asteroid yang menabrak Bumi miliaran tahun yang lalu. Ketika angin matahari berinteraksi dengan partikel debu kecil yang ditemukan di asteroid tertentu, dapat menciptakan sejumlah kecil air. 

 

Sebagian besar model modern menunjukkan bahwa sebagian besar air (H2O) di bumi awalnya berasal dari sumber luar angkasa. Ada yang menyebut mungkin saja dari asteroid tipe-C di wilayah Jupiter-Saturnus dan sekitarnya.

 

Asteroid yang jauh ini dianggap sebagai badan induk meteorit chondrite berkarbon yang secara teratur menabrak bumi. Jenis meteorit khusus ini diketahui mengandung sejumlah besar mineral yang mengandung air.

 

Tetapi chondrites karbon mungkin bukan satu-satunya cara air awalnya bisa ada di bumi. Jenis meteorit kaya air lainnya juga bisa melakukan hal yang sama, terutama sejak chondrite berkarbon tidak menjelaskan seluruh air yang ada di bumi.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement