REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sampah plastik tak hanya dapat memicu permasalahan lingkungan. Menurut studi terbaru, zat kimia dari plastik juga tampak berkaitan dengan masalah kadar kolesterol tinggi dan penyakit jantung.
Plastik bisa memiliki bentuk fleksibel dan tak mudah rusak berkat zat kimia bernama plasticizer. Beberapa contoh plasticizer adalah BPA dan phthalates.
Studi terbaru yang dilakukan peneliti University of California menemukan, phthalates dapat menyebabkan kerusakan serius pada sel-sel otak. Ironisnya, phthalates merupakan tipe plasticizer yang telah digunakan oleh pabrik-pabrik pembuat plastik selama lebih dari setengah abad. Zat phthalates juga merupakan bahan kunci dari ribuan produk konsumen, mulai dari tirai kamar mandi, lantai vinyl, hingga kemasan makanan.
Beberapa studi terdahulu juga telah menyoroti phthalates sebagai zat yang mengganggu endokrin. Sebuah studi pada Oktober lalu juga mengaitkan hampir 100 ribu kasus kematian dini di Amerika Serikat dengan paparan phthalates, yang berkaitan kuat pula dengan penyakit jantung.
Studi terbaru dari peneliti University of California memberikan pemahaman baru mengenai mekanisme biologis yang mendasari keterkaitan antara phthalates dan kesehatan. Dalam studi terbaru yang menggunakan hewan tikus ini, peneliti berfokus pada plasticizer yang dikenal dengan nama dicyclohexyl phthalate (DCHP).
Selama studi berlangsung, tim peneliti berupaya memantau dampak dari DCHP pada tikus. Di dalam tubuh tikus, peneliti mendapati bahwa DCHP bisa berikatan kuat dengan reseptor bernama pregnane X receptor (PXR).
"Percobaan kami menunjukkan bahwa DCHP memicu kolesterol tinggi dengan menargetkan pensinyalan PXR usus," jelas ketua tim peneliti Changcheng Zhou, seperti dilansir New Atlas, Senin (6/12).
Ketika peneliti memaparkan DCHP pada tikus, mereka juga menemukan adanya kadar ceramide yang lebih tinggi di dalam darah. Molekul lemak ini berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular pada manusia. Peneliti juga menemukan bahwa peningkatan konsentrasi ceramide di tikus berkaitan dengan gangguan pensinyalan PXR.
"Ini juga menyoroti potensi peran penting PXR dalam menambah efek berbahaya dari zat kimia terkait plastik pada kesehatan kardiovaskular manusia," ungkap Zhou.
Yang cukup menyedihkan, limbah atau sampah plastik bisa ditemukan di berbagai wilayah. Peneliti bahkan menemukan mikroplastik atau serpihan plastik berukuran sangat kecil di laut Antartika, di puncak Gunung Everest, hingga di sampel kotoran manusia dari berbagai banyak negara.
Studi yang dimuat dalam jurnal Environmental Health Perspectives ini merupakan studi pertama yang menyoroti efek paparan DCHP terhadap risiko penyakit kardiovaskular dan kolesterol tinggi dengan hewan coba tikus. Temuan baru ini dianggap telah memberikan pemahaman baru terhadap dampak dari zat kimia terkait plastik terhadap kedua masalah kesehatan tersebut.
Beberapa studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa mikroplastik dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Salah satu dampaknya adalah mengubah bentuk dan menyebabkan de-cluster pada sel paru-paru manusia. Temuan tersebut mengindikasikan bahwa mikroplastik dapat menembus masuk ke lapisan pembatas darah-otak.