REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Bank sentral China berkomitmen untuk menambah pasokan kredit. Hal ini dilakukan seiring dengan langkah Beijing yang mencoba meyakinkan publik dan investornya bahwa ekonomi negeri tirai bambu tersebut aman meskipun perusahaan real estat raksasa, Evergrande, berpotensi mengalami keruntuhan.
Perjuangan Evergrande Group untuk mengubah aset menjadi uang tunai dikatalan dapat mendinginkan pasar pinjaman China. Sebelumnya, krisis Evergrande telah memicu kekhawatiran gagal bayar.
Dilansir AP, Bank Rakyat China merilis 190 miliar dolar AS untuk pasokan kredit dengan mengurangi jumlah uang yang harus disimpan bank sebagai cadangan. Beijing diperkirakan akan memberikan dukungan bagi perusahaan yang membutuhkan pinjaman.
Pengembang telah berlomba untuk melunasi utang sejak Beijing menurunkan batas penggunaan uang pinjaman mereka tahun lalu. Aktivitas real estat yang lebih lemah menekan pertumbuhan ekonomi ke level terendah sebesar 4,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Bank Sentral China mengatakan ingin mendukung pengembangan ekonomi riil. Jika Evergrande gagal bayar, Beijing kemungkinan akan memompa uang ke pasar kredit sambil mencoba mencegah harga rumah jatuh.
Evergrande membentuk panel manajemen risiko yang didalamnya termasuk pakar dari manajer aset milik negara dan perusahaan lain. Para pemimpin China juga telah berupaya mengatasi krisis utang perusahaan.