REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-In menyatakan negaranya, Korea Utara (Korut), Amerika Serikat (AS) , dan China pada prinsipnya telah sepakat untuk menyatakan secara resmi berakhirnya Perang Korea, Senin (13/12). Namun pembicaraan belum dimulai karena tuntutan Pyongyang.
Perang Korea berlangsung dari tahun 1950 hingga 1953. Perang ini berakhir dengan gencatan senjata dan bukan perjanjian damai.
Korea Utara dan Korea Selatan secara teknis telah berperang sejak itu dengan masing-masing negara didukung oleh China dan AS. Kedua negara bertetangga ini terkunci dalam hubungan yang tegang.
Pada September, saudara perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, Kim Yo-jong, mengisyaratkan negaranya dapat terbuka untuk pembicaraan. Namun itu hanya dapat terjadi jika AS membatalkan apa yang disebutnya kebijakan bermusuhan terhadap Korea Utara.
Moon mengatakan Korea Utara telah menetapkan permintaan itu sebagai prasyarat untuk diskusi. "Karena itu, kami tidak bisa duduk untuk diskusi atau negosiasi deklarasi, kami berharap pembicaraan akan dimulai," katanya dikutip dari BBC.
Pemimpin Korea Selatan telah menjadikan keterlibatan dengan Korea Utara sebagai landasan kepresidenannya. Sebelumnya Moon berpendapat bahwa deklarasi resmi untuk mengakhiri perang akan mendorong Korea Utara untuk menyerahkan senjata nuklirnya.