Senin 13 Dec 2021 17:05 WIB

DPR Setuju Ratifikasi Tiga Perjanjian Dagang, Ini Manfaatnya

Salah satu manfaat ratifikasi dalam jangka menengah ialah meningkatnya investasi.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi bersiap mengikuti Raker dengan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (13/12/2021). Dalam Raker tersebut membahas terkait beberapa rencana kerja diantaranya pemasaran regional comprehensive economic partnership agreement (persetujuan kemitraan ekonomi komprehensif regional) dan pembahasan kenaikan komoditas yang berpengaruh terhadap Inflasi, distribusi bahan pokok menjelang natal dan tahun baru 2022.
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi bersiap mengikuti Raker dengan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (13/12/2021). Dalam Raker tersebut membahas terkait beberapa rencana kerja diantaranya pemasaran regional comprehensive economic partnership agreement (persetujuan kemitraan ekonomi komprehensif regional) dan pembahasan kenaikan komoditas yang berpengaruh terhadap Inflasi, distribusi bahan pokok menjelang natal dan tahun baru 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi VI DPR RI menyetujui untuk meratifikasi tiga perjanjian dagang yang akan mulai berlaku pada tahun 2022. Persetujuan tersebut diberikan karena tiga perjanjian dagang yang telah dirundingkan bersama para mitra dagang diyakini memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat.

Adapun tiga perjanjian yang disetujui untuk diratifikasi di antaranya Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP), Perjanjian Kemitraan Ekonomi Konfrehensif Antara Pemerintah RI dan Pemerintah Republik Korea (IK-CEPA), serta Perjanjian Perdagangan Jasa ASEAN (ATISA).

Baca Juga

Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi menyampaikan, salah satu manfaat perjanjian RCEP bagi Indonesia dalam jangka menengah panjang yakni investasi diperkirakan bakal meningkat 0,13 persen atau setara Rp 24,5 triliun pada 2040 mendatang.

Sementara, jika Indonesia tidak bergabung dalam RCEP, akan terjadi penurunan investasi sebesar 0,03 persen atau stara 5,23 triliun di tahun yang sama.

Lutfi mengatakan inisiasi RCEP semula untuk kepentingan melengkapi kesepakatan dagang yang telah dijalin Indonesia dan negara-negara Asean dengan para mitra non-Asean seperti Australia, Selandia Baru, Jepang, China, Korea Selatan, dan India.

Namun dengan adanya RCEP, antar negara mitra dagang Indonesia menjadi terhubung lewat perjanjian RCEP. Sementara Indonesia, dapat memegang posisi sentral dan mendominasi di kawasan ASEAN.

"Jadi RCEP buat saya lebih untuk memfasilitasi perdagangan dan investasi buat Indonesia," ujar Lutfi.

Sementara itu, untuk perjanjian IK-CEPA yang mengkhususkan kerja sama bilateral Indonesia dan Korea Selatan negara akan jauh lebih komprehensif dari pada perjanjian perdagangan bebas ASEAN-Korea (AKFTA) di mana Indonesia menjadi salah satu anggota perjanjian.

Di sektor perdagangan barang, ekspor ke Korea Selatan diproyeksi meningkat menjadi 8,84 miliar dolar AS di tahun kelima setelah implementasi. Sementara impor dari Korea Selatan juga diproyeksi naik 8,46 miliar pada tahun yang sama.

Dengan kata lain, neraca perdagangan kedua negara di tahun kelima diprediksi Indonesia akan surplus sebesar 380 juta. Adapun produk yang bakal meningkat untuk diekspor di antaranya sepeda, sepeda motor, aksesoris sepeda motor, makanan olahan ikan, dan kaos kaki. Sementara impor yang bakal meningkat yakni seperti buah kaleng, yoghurt, overcoat. 

Adapun untuk perdagangan jasa, diproueksi neraca perdagangan jasa akan meningkat sekitar 792 juta dolar AS. "Sektor jasa yang diyakini meningkat melalui IK-CEPA yakni jasa transportasi laut, jasa konstruksi, dan jasa asuransi," katanya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement