Selasa 14 Dec 2021 20:32 WIB

Pengidap Lupus Bisa Divaksinasi Covid-19 dengan Persetujuan Dokter

Vaksinasi Covid-19 penting bagi pasien lupus, namun harus atas persetujuan dokter.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Qommarria Rostanti
Pengidap lupus bisa divaksinasi Covid-19 dengan persetujuan dokter (ilustrasi).
Foto: procto-med.com
Pengidap lupus bisa divaksinasi Covid-19 dengan persetujuan dokter (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa pengidap autoimun masih banyak yang belum divaksinasi Covid-19. Begitu pula pengidap Autoimmune Inflammatory Rheumatic Disease (AIIRD), masih banyak yang ragu untuk divaksinasi.

Autoimun ditandai dengan peradangan sistemik, di mana sistem kekebalan yang tidak teratur menyebabkan kerusakan atau disfungsi organ target. Lalu autoimun reumatik termasuk kondisi seperti lupus eritematosus sistemik (LES), rheumatoid arthritis (RA), dan sklerosis sistemik (scleroderma), di mana jaringan ikat (tulang rawan, sinovium sendi, kulit) paling sering menjadi sasaran.

Baca Juga

LES sendiri merupakan salah satu kondisi gangguan autoimun kompleks yang menyerang berbagai sistem tubuh. Faktor yang berperan dalam patogenesis penyakit ini diketahui seperti gen dan lingkungan.

Spesialis penyakit dalam dan konsultan reumatologi, Prof Dr dr Harry Isbagio, memaparkan pentingnya vaksinasi Covid-19 bagi pasien lupus, namun harus atas persetujuan dokter yang merawatnya.

“Pasien AIIRD memiliki risiko yang lebih tinggi terkena infeksi Covid-19 dan lebih berat sehingga vaksinasi jadi bagian penting dari perawatan,” ujar Prof Harry dalam webinar bersama Perhimpunan Reumatologi Indonesia (IRA), Selasa (14/12).

Menurut dia, imunogenesitas (respons tubuh terhadap vaksin) pada jenis vaksin SARS-COV-2 yang inactivated, mRNA, dan viral vector, lebih rendah pada pasien AIIRD dibanding pada populasi umum. Sedangkan untuk tingkat keamanan vaksin itu tetap sama saja.

Perbedaan imunogenesitas tersebut dapat dikarenakan akibat penggunaan obat imunosupresif pada pasien AIIRD.

“Sehingga vaksinasi dapat diberikan atas persetujuan dari dokter yang merawat,” kata Prof Harry lagi.

Pengidap autoimun harus bertindak lebih waspada serta melakukan pencegahan ekstra untuk menghindari terjadinya paparan virus. Karena kondisi tubuhnya sangat rentan terhadap virus dan terdapat indikasi mengembangkan penyakit lain, yang dapat berujung komplikasi.

Meski pengidap autoimun (dalam kasus ini lupus) memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi, akan tetapi penelitian menemukan kabar yang cukup melegakan. Tingkat kelangsungan hidup pengidap Lupus atau radang sendi yang terpapar virus Covid-19, relatif lebih tinggi.

Di beberapa negara di dunia seperti Inggris, Amerika, Mesir, Korea Selatan, dan lainnya, menunjukkan setidaknya tercatat ada 133.589 pengidap autoimun yang terpapar Covid-19 dan 48.418 pasien yang jalani rawat inap.

Jika dibandingkan pengidap autoimun yang terpapar influenza, yang dirawat inap justru lebih banyak yakni 70.660 pasien. Kematian dalam 30 hari juga lebih tinggi mereka yang terpapar influenza daripada Covid-19 (6,3-24,6 persen vs 2,2-4,3 persen).

Meski begitu, ditemukan juga bahwa pengidap autoimun memiliki respons imun yang lebih buruk pasca melakukan vaksinasi SARS-CoV-2. Efektivitas vaksin Covid-19 tampaknya semakin berkurang dikarenakan pengobatan imunosupresan18.

Ada kekhawatiran bahwa vaksin Covid-19 dapat memicu serangan penyakit autoimun. Namun baru sedikit bukti yang dapat mendukung dugaan itu.

Beberapa jenis vaksin yang masih terus dikembangkan untuk pengidap autoimun yakni:

1. Platform inactivated (CoronaVac, New Crown Covid-19, BIBIBP-CorV)

2. Platform nucleic acid (mRNA1273, bNT162b2, LNP-nCoVsaRNA, INO-4800)

3. Platform viral vector (ChAdOx1 nCoV-19, Ad5-nCoV, Ad26.COV2-S, IIBR-100)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement