REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Syariah Indonesia (BSI) menyebut emas merupakan leading indicator bisnis syariah pada masa pandemi. Hal ini menyusul komoditas emas terdapat kenaikan permintaan pembiayaan saat awal pandemi.
Chief Economist BSI Banjaran Surya mengatakan pada awal pandemi dan masa gelombang kedua Covid-19, permintaan kepemilikan emas semakin tinggi. “Pola penurunan permintaan emas pada September sampai Oktober 2021 menunjukkan ekonomi menuju pemulihan,” ujarnya saat webinar Core Indonesia, Rabu (15/12).
Dia menyebut kinerja ekonomi yang on track di jalur pemulihan memberikan optimisme terhadap ekonomi dan bisnis pada tahun depan. Tercatat pada kuartal III 2021, pertumbuhan ekonomi melambat 3,51 persen, diperkirana kembali terakselerasi pada kuartal IV 2021.
“Seiring melandainya kasus Covid-19 dan pulihnya mobilitas masyarakat. Kenaikan PMI manufaktur, IKK, dan Indeks Penjualan Ritel mengindikasikan bahwa pemulihan ekonomi on track,” ucapnya.
Di samping itu, dia mengungkapkan sejumlah tantangan ekonomi dan bisnis pada 2022. Pertama, pemulihan ekonomi yang tidak merata di setiap sektor.
Tantangan kedua, kebijakan pemerintah yang kerap berubah di masa pandemi. “Beberapa sektor ekonomi mampu pulih lebih cepat dan kembali ke jalur pertumbuhan positif. Namun sektor yang berhubungan erat dengan mobilitas masyarakat cenderung rentan terkontraksi ketika terjadi pembatasan kegiatan,” ucapnya.
Kemudian, lanjutnya, melandainya kasus Covid-19 mendorong pemerintah untuk menormalisasi kebijakan fiskal dan insentif lainnya. “Perbankan perlu mengantisipasi agar tidak menimbulkan shock terhadap kinerja,” ucapnya.