REPUBLIKA.CO.ID, HONOLULU -- Komando militer Amerika Serikat (AS) di Pasifik membangun perangkat lunak untuk memprediksi reaksi pemerintah China pada tindak-tindak AS di kawasan. Seperti penjualan perangkat militer, aktivitas yang didukung militer AS hingga kunjungan anggota Kongres ke tempat-tempat seperti Taiwan.
Alat tersebut akan melihat data sejak awal 2020 dan mengevaluasi aktivitas yang berdampak signifikan pada hubungan AS-China. Sistem berbasis komputer ini akan membantu Pantagon untuk mengetahui kegiatan apa yang memicu reaksi keras China.
Pada bulan Oktober lalu militer China mengecam AS dan Kanada karena mengirimkan kapal perang berlayar melewati Selat Taiwan. Saat itu Beijing mengatakan langkah Washington dan Ottawa mengancam perdamaian dan stabilitas di kawasan.
Pejabat pertahanan AS mengatakan perangkat terbaru dapat mengevaluasi insiden semacam ini dan insiden-insiden lainnya. Memastikan AS tidak sengaja membuat China marah dengan tindakannya.
Saat ini hubungan AS dan China sudah berada di titik terendahnya dalam sejarah. Perangkat lunak yang baru dapat memprediksi berbagai aktivitas seperti kunjungan Kongres ke Taiwan, penjualan senjata ke sekutu di kawasan atau beberapa pelayaran kapal perang AS di Selat Taiwan yang dapat memprovokasi reaksi China.
China mengklaim Taiwan yang dikelola dengan demokratis sebagai bagian dari wilayahnya. Selama satu tahun terakhir Beijing mengirimkan ratusan pesawat tempur ke zona pertahanan udara Taiwan. Memicu kemarahan Taipei. Pejabat pertahanan AS mengatakan perangkat lunak yang baru memungkinkan AS merencanakan tindakan mereka untuk empat bulan ke depan.