Kamis 16 Dec 2021 06:35 WIB

Kali Pertama, Kapal Perang Jerman Berlayar ke Laut China Selatan

Kapal Jerman tidak berencana berlayar melewati Selat Taiwan.

Red: Dwi Murdaningsih
Peta klaim Laut China Selatan. Kapal perang Jerman berlayar ke Laut China Selatan pada Rabu (15/12)  untuk pertama kalinya dalam hampir 20 tahun.
Foto: wikipedia
Peta klaim Laut China Selatan. Kapal perang Jerman berlayar ke Laut China Selatan pada Rabu (15/12) untuk pertama kalinya dalam hampir 20 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Sebuah kapal perang Jerman berlayar ke Laut China Selatan pada Rabu (15/12)  untuk pertama kalinya dalam hampir 20 tahun. Langkah ini merupakan sebuah pertanda bahwa Berlin bergabung dengan negara-negara Barat lainnya, dalam memperluas kehadiran militer di kawasan tersebut untuk menghadapi ancaman China.

Kapal angkatan laut Jerman telah memulai transit melalui Laut China Selatan dalam perjalanannya ke Singapura, yang diperkirakan akan memakan waktu beberapa hari. Fregat Bayern adalah kapal perang Jerman pertama yang melintasi Laut China Selatan sejak 2002. Laut China Selatan merupakan perairan yang dilalui 40 persen perdagangan luar negeri Eropa.

Baca Juga

Para pejabat di Berlin mengatakan, angkatan laut Jerman akan tetap berpegang pada rute perdagangan umum. Kapal Fregat tidak berencana berlayar melalui Selat Taiwan. Namun demikian, mantan pemerintah Jerman mengatakan misi tersebut untuk menekankan fakta bahwa Jerman tidak menerima klaim teritorial China atas Laut Cina Selatan.

China telah menjadi mitra dagang terpenting Berlin. Ekspor Jerman ke China telah membantu mengurangi dampak  pandemi Covid-19 yang membuat pertumbuhan ekonomi melambat.

China mengklaim hampir seluruh wilayah Laut China Selatan sebagai miliknya. Namun berdasarkan keputusan pengadilan internasional, Beijing tidak memiliki dasar hukum untuk klaim tersebut. Sejauh ini, China telah membangun pos-pos militer di pulau-pulau buatan di perairan yang kaya dengan sumber daya alam tersebut. 

Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) secara teratur melakukan apa operasi kebebasan navigasi. China mengatakan, misi AS tersebut tidak membantu mempromosikan perdamaian maupun menciptakan stabilitas. Negara lain yang telah memperluas aktivitas mereka di Pasifik untuk melawan pengaruh China, diantaranya Inggris, Prancis, Jepang, Australia, dan Selandia Baru.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement