Kamis 16 Dec 2021 15:51 WIB

Afrika Selatan Laporkan Rekor Harian Kasus Covid-19

NICD melaporkan 26.976 kasus baru dalam 24 jam terakhir.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Friska Yolandha
Seorang pria wanita dites COVID-19 di sebuah lokasi dekat Johannesburg, Senin, 13 Desember 2021. Afrika Selatan (Afsel) melaporkan rekor jumlah infeksi Covid-19 harian baru, Rabu (15/12).
Foto: AP/Denis Farrell
Seorang pria wanita dites COVID-19 di sebuah lokasi dekat Johannesburg, Senin, 13 Desember 2021. Afrika Selatan (Afsel) melaporkan rekor jumlah infeksi Covid-19 harian baru, Rabu (15/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Afrika Selatan (Afsel) melaporkan rekor jumlah infeksi Covid-19 harian baru, Rabu (15/12). Penyebaran kasus merupakan gelombang keempat negara yang diyakini sebagian besar disebabkan oleh varian omicron.

Institut Nasional untuk Penyakit Menular (NICD) melaporkan 26.976 kasus baru dalam 24 jam terakhir, Rabu waktu setempat. Angka ini melampaui puncak 26.485 pada awal Juli selama gelombang ketiga yang dipicu oleh strain Delta yang dominan saat itu.

Baca Juga

NICD juga melaporkan 54 kematian terkait Covid-19 lainnya dan tambahan 620 perawatan di rumah sakit. Afsel merupakan negara yang paling parah terkena dampak pandemi di benua Afrika dalam hal infeksi dan kematian yang dikonfirmasi.

Negara tersebut mengumumkan kepada dunia tentang omicron pertama pada November. Hal ini kemudian memicu alarm global bahwa omicron dapat menyebabkan lonjakan infeksi global.

Omicron sejak itu telah terdeteksi di lebih dari 70 negara di seluruh dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (QHO) melabelinya sebagai "perhatian".

Para ilmuwan menduga bahwa omicron lebih mudah menular karena penyebarannya yang cepat. Meskipun para ilmuwan juga memperingatkan bahwa masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan pasti tentang tingkat keparahan penyakit yang disebabkannya.

Beberapa laporan oleh dokter dan peneliti di Afrika Selatan menunjukkan bahwa omicron terutama menyebabkan infeksi ringan secara lokal. Namun itu juga dapat dijelaskan oleh tingginya tingkat infeksi Covid-19 sebelumnya dan fakta bahwa sekitar 38 persen populasi orang dewasa di negara itu sekarang telah divaksinasi lengkap.

Sebuah studi besar dunia nyata yang dirilis pada Selasa menemukan vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech (PFE.N), (22UAy.DE) kurang efektif dalam menjaga orang yang terinfeksi.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement