REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Setelah Dubai, Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil (Emil) berjanji akan membukakan pasar ekspor produk pesantren dari Jabar ke negara lainnya. Menurutnya, berkaca pada ekspor Senin lalu, produk pesantren potensial untuk memasuki pasar global.
"Pemprov Jabar akan terus membuka pasar ke seluruh dunia, seperti yang dilakukan ke Dubai. Ke depan ke seluruh dunia," ujar Ridwan Kamil, yang akrab disapa Emil, pada Temu Bisnis dan Pameran Produk One Pesantren One Product (OPOP) Tahun 2021 di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid, Bandung, Kamis (16/12).
Emil berharap, 2.754 pesantren yang sudah memiliki usaha di Jabar terus berkembang hingga menjadi konglomerasi. Dengan demikian, suatu hari pasar dunia bisa dikuasai produk pesantren. Seperti diketahui, pada 13 Desember lalu pesantren di Jabar mengekspor jengkol, buah-buahan, dan produk fesyen muslim ke Dubai, Uni Emirat Arab (UEA). Pengiriman ekspor produk pesantren binaan OPOP ini merupakan yang pertama kalinya.
"Saat ini di Jabar ada sekitar 9.000 pesantren dan 2.754 di antaranya sudah memiliki usaha. Ke depan ditargetkan semua pesantren di Jabar bisa mandiri secara ekonomi dengan memiliki pasar yang luas dalam skala nasional maupun internasional," katanya.
Menurut Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil (KUK) Jabar, Kusmana Hartadji, selain berhasil ekspor, berdasarkan evaluasi eksternal oleh Pusat Studi Manajemen dan Bisnis Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Universitas Padjadjaran (Unpad), pada tahun ketiga pelaksanaan OPOP, diketahui ada sejumlah perkembangan yang dialami pesantren peserta.
"Setelah mengikuti OPOP, omzet usaha pondok pesantren meningkat 93,5 persen. Ini terjadi dikarenakan 91,12 persen peserta OPOP meningkatkan kapasitas produksi setelah mengikuti pelatihan dan magang," katanya.
Selain itu, kata dia, terdapat penyerapan tenaga kerja masyarakat di luar santri sebanyak 35,2 persen. Sebanyak 86,4 persen pesantren semakin mandiri, salah satunya terlihat dari pertumbuhan badan usaha pondok pesantren sebesar 26,1 persen.
Pada Temu Bisnis OPOP yang digelar kemarin, hingga pukul 13:20 WIB tercatat transaksi sebesar Rp 136,5 miliar. Menurut Kusmana, angka transaksi OPOP tersebut dimulai dari Agustus 2021 hingga 16 Desember 2021. "Jumlahnya akan terus bertambah. Mengapa kita hitung sejak Agustus? Sejak peserta lolos penilaian tahap satu (program OPOP) dan mereka sudah melakukan transaksi baik secara offline maupun online," kata Kusmana.
Adapun transaksi temu bisnis kali ini, menurut dia, didominasi produk pertanian dan pangan. "Transaksi hari ini saja tembus hingga Rp 6,2 miliar. Produk pertanian dan pangan sangat mendominasi transaksi ini," katanya.