REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Pertumbuhan di China yang melambat membuat Alibaba memutuskan untuk fokus dengan pasar e-commerce internasional. Dikutip dari Reuters Jumat (17/12), Hal tersebut dilakukan Alibaba untuk mencari sumber pertumbuhan baru setelah tahun yang sulit di dalam negeri.
Pada awal bulan ini, Alibaba Group Holding Ltd merestrukturisasi bisnis e-commerce menjadi divisi China dan internasional yang terpisah. Deputi CFO Alibaba Toby Xu mengatakan bahwa e-commerce internasional akan menjadi salah satu pendorong pertumbuhan utama.
Xu mengatakan 57 persen dari pendapatan untuk Alibaba unit logistik, Cainiao berasal dari luar negeri. Sebelumnya, Alibaba juga menyatakan telah menetapkan target 100 miliar dolar AS untuk Lazada sebagai layanan e-commerce untuk Asia Tenggara.
Lazada menghasilkan 21 miliar dolar AS dalam GMV sejak September 2020 hingga bulan yang sama pada 2021. Outgoing CFO Maggie Wu mengatakan bahwa Alibaba akan memasukkan perdagangan internasional di bawah segmen perdagangan inti Alibaba yang lebih besar dalam pendapatannya.
CEO Alibaba Daniel Zhang juga berjanji untuk memangkas emisi dari rantai pasokan dan jaringan transportasi Alibaba hingga 50 persen pada akhir dekade ini. Pada November 2021, Alibaba memangkas perkiraan pendapatan tahunan untuk tahun fiskal saat ini dari target pertumbuhan awal 29,5 persen menjadi antara 20 persen hingga 23 persen.
Saat ini, perusahaan telah menghadapi persaingan ketat termasuk Pinduoduo Inc yang telah memenangkan konsumen di pedesaan China. Selain itu, Douyin milik ByteDance juga terus tumbuh di sektor e-commerce streaming langsung China yang sedang booming.