Rabu 15 Dec 2021 03:55 WIB

China akan Bayar Influencer AS untuk Promosikan Olimpiade Beijing

China melancarkan serangan di medsos ditengah meningkatnya ancaman boikot Olimpiade.

Rep: Flori Sidebang/ Red: Nidia Zuraya
Infografis AS dan Sekutu Boikot Olimpiade Beijing
Foto: Republika
Infografis AS dan Sekutu Boikot Olimpiade Beijing

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – China berencana akan menggunakan jasa influencer media sosial Amerika Serikat (AS) untuk mempromosikan Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 dan kerja sama AS-China terkait perubahan iklim. Konsulat China di New York City diketahui menyewa firma hubungan masyarakat Vippi Media untuk menjalankan kampanye tersebut.

Adapun rencana ini muncul setelah mencuatnya gelombang kecil boikot pemerintah melanda China pada Rabu (8/12). Peristiwa ini terjadi kurang dari dua bulan sebelum Olimpiade Musim Dingin Beijing dibuka.

Baca Juga

Dilansir dari laman OpenSecrets.Org, hal itu diajukan ke Departemen Kehakiman di bawah Undang-Undang Pendaftaran Agen Asing dengan biaya sebesar 300 ribu dolar AS atau setara Rp 4,2 miliar. Berdasarkan kontrak kerja yang disepakati, Vippi Media akan mempekerjakan para pengguna Instagram, TikTok, dan Twitch terkemuka untuk mempromosikan pertandingan Olimpiade Beijing dan kerja sama antara China-AS mengenai isu-isu, seperti perubahan iklim.

Kontrak konsulat dengan Vippi meminta perusahaan tersebut untuk mempekerjakan delapan influencer dan menghasilkan setidaknya 24 unggahan tentang Olimpiade, sejarah Beijing, dan hubungan antara Amerika Serikat dan China. Meski demikian, pendiri Vippi Media, Vipp Jaswal mengatakan, pihaknya belum memilih siapa saja influencer yang akan digunakan untuk kampanye itu.

“Dua puluh persen konten harus fokus pada kerja sama dan hal-hal baik apa pun dalam hubungan China-AS," kata kontrak itu seperti dikutip dari laman opensecrets.org, Selasa (14/12).

China telah mengambil langkah-langkah lain untuk menopang dukungan terhadap Olimpiade Beijing. Wakil Menteri Luar Negeri China, Xie Feng awal bulan ini mendesak para eksekutif Amerika untuk memberikan kontribusi positif pada pertandingan tersebut. Xie menegaskan bahwa boikot merugikan kepentingan atlet, melanggar cita-cita dan aspirasi bersama masyarakat internasional, dan tidak populer.

China pun melancarkan serangan besar-besaran di media sosial ditengah meningkatnya ancaman untuk memboikot Olimpiade Beijing tersebut. Amerika Serikat, Kanada, dan Australia bulan ini telah mengumumkan boikot diplomatik atas pelanggaran hak asasi manusia (HAM) China dan hilangnya bintang tenis China baru-baru ini yang menuduh seorang pejabat Partai Komunis melakukan pemerkosaan. Kelompok hak asasi manusia telah meminta NBC dan penyiar TV lainnya untuk tidak menayangkan Olimpiade Beijing yang bakal dimulai pada 4 Februari 2022.

Perusahaan-perusahaan Amerika, seperti Coca-Cola, Visa, Intel, dan lainnya juga menghadapi tekanan untuk menarik diri dari kesepakatan sponsor dalam pertandingan tersebut. Namun, Jaswal menentang boikot. Ia menyebut, tidak akan berdampak pada perilaku China dan hanya akan memperburuk Beijing.

Perekrutan Vippi oleh konsulat menandai perbatasan baru bagi prakarsa propaganda China yang telah meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini seiring dengan meningkatnya pengawasan terhadap perlakuannya terhadap Uyghur, tindakan kerasnya terhadap kelompok-kelompok pro-demokrasi, dan penolakannya untuk mengizinkan penyelidikan tentang asal-usul virus corona.

Media yang dikontrol pemerintah China, yakni CGTN, China Daily, dan Xinhua juga telah menghabiskan jutaan dolar untuk memproduksi konten pro-China bagi pemirsa Amerika agar memperbaiki citranya. Pemerintah China mengendalikan media dengan telah membayar senilai jutaan lebih kepada surat kabar dan majalah Amerika untuk menerbitkan propaganda pro-China dalam publikasi cetak dan online mereka.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement