REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan, industri elektronika merupakan salah satu sektor manufaktur yang mendapat prioritas pengembangan dalam melakukan transformasi digital sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0. Upaya strategis ini bertujuan meningkatkan kualitas dan kuantitas secara lebih efisien sehingga bisa berdaya saing di pasar domestik hingga global.
“Kami mengharapkan kepada seluruh sektor manufaktur di tanah air, termasuk industri elektronika, agar dapat semakin meningkatkan penerapan teknologi dasar industri 4.0. Misal seperti Big Data, Cloud Computing, atau IoT Devices dalam menjalankan proses produksinya,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada acara Pelepasan Peti Kemas Ekspor Penyedot Debu (Vacuum Cleaner) Ke-600 PT Selaras Donlim Indonesia (SDI) di Bogor, Senin (20/12)
Menperin memberikan apresiasi kepada PT SDI, karena meskipun baru memulai kegiatan produksi komersialnya pada Februari 2021, namun pada akhir tahun ini PT SDI sudah mampu melakukan ekspor produk vacuum cleaner (peti kemas ke-600) dengan tujuan ke Amerika Serikat. “Hal ini merupakan pencapaian tersendiri bagi perusahaan dan menunjukkan kesiapan PT SDI untuk menjadi basis produksi vacuum cleaner di ASEAN,” ujarnya.
Capaian PT SDI tersebut, kata dia, juga menunjukkan produk hasil industri elektronika di dalam negeri dapat bersaing secara global dan secara kualitas memiliki standar internasional. Bahkan, kemampuan sumber daya manusia (SDM) industri di Indonesia sudah mampu kompetitif.
“Ini suatu hal yang membanggakan, karena untuk mendapatkan tempat di pasar Amerika tidak mudah, baik secara kualitas dan prosedur untuk masuk ke sana. Ini suatu hal yang harus diapresiasi,” ujar Agus.
Di sisi lain, industri elektronika khususnya untuk kebutuhan rumah tangga atau produk household saat ini menunjukkan kinerja yang positif, khususnya dari segi ekspor. Pada Januari sampai September 2021, nilai ekspor produk household tercatat mencapai 1,8 miliar dolar AS atau naik 98 persen dibanding periode sama pada tahun sebelumnya.
“Kami berkomitmen menekan nilai impor, termasuk produk elektronik. Oleh karena itu, kami sedang mengakselerasi program substitusi impor 35 persen pada akhir tahun 2022,” tegasnya.
Salah satu strateginya yakni dengan pendalaman struktur industri melalui peningkatan produksi komponen elektronika di dalam negeri.
PT Selaras Citra Nusantara Perkasa (SCNP) yang merupakan induk perusahaan PT SDI telah beroperasi di Indonesia sejak tahun 1985. Menperin mengajak kepada PT SCNP dan SDI sebagai champion untuk melakukan pendalaman struktur dan peningkatan investasi untuk market domestik maupun global.
“Jadi harus terus melakukan inovasi dan ekspansi, itu yang kami harapkan. Apalagi, ekspor merupakan hal yang sangat penting. Selain mengisi kebutuhan domestik market yang juga perlu menjadi perhatian,” jelasnya.
Menperin menyatakan, pemerintah saat ini sangat serius dalam hal pengelolaan dan perbaikan iklim usaha industri. Berbagai kebijakan mendukung hal tersebut sudah dikeluarkan. “Saya berpendapat, tentunya tidak ada lagi keraguan untuk terus melakukan aktivitas investasi dan perluasan industri di Indonesia,” kata dia. Menperin pun mengaku senang dan bangga mendengar rencana perusahaan akan mengembangkan alat kesehatan (alkes). “Ini merupakan kabar yang sangat positif, karena pemerintah menargetkan Indonesia bisa menjadi negara mandiri di bidang kesehatan. Artinya, kita harus mandiri di sektor farmasi dan alkes,” ujar dia.