Jumat 24 Dec 2021 15:27 WIB

Jelang Natal, Harga Barang Pokok di Tangsel Merangkak Naik

Pembeli memilih untuk menunda berbelanja. Kalau harga sudah normal lagi, baru belanja

Rep: Eva Rianti/ Red: Bilal Ramadhan
Sejumlah pembeli tengah berbelanja di Pasar Modern BSD, Tangerang Selatan (Tangsel). Sejumlah barang pokok di pasar tersebut mengalami kenaikan harga jelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022.
Foto: Republika/Eva Rianti
Sejumlah pembeli tengah berbelanja di Pasar Modern BSD, Tangerang Selatan (Tangsel). Sejumlah barang pokok di pasar tersebut mengalami kenaikan harga jelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, CIPUTAT -- Harga sejumlah kebutuhan pokok sembako di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) terus merangkak naik menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022. Kenaikan harga yang cukup tinggi pada barang pokok diantaranya meliputi cabai rawit, minyak goreng, telor, hingga daging ayam.

Berdasarkan pantauan Republika di Pasar Modern BSD Tangsel pada Jumat (24/12) siang, harga barang pokok mengalami kenaikan atau lonjakan yang beragam. Seperti harga telur naik menjadi Rp 32 ribu per kilogram (kg) dari harga normal sekitar Rp 27 ribu per kg.

Baca Juga

Rudi (40 tahun), pedagang telur di Pasar Modern BSD mengatakan, harga telur per Jumat (24/12) atau H-1 Natal memang melonjak. Pada hari sebelumnya, atau pada Kamis (23/12) harganya masih di angka Rp 28 ribu.

Dia menyebut, faktor yang menyebabkan kenaikan harga lantaran stok barang yang menipis dibarengi dengan permintaan yang tinggi. "Karena stoknya habis, permintaan banyak. Jadi harganya loncat, bukan lagi naik," ujar Rudi saat ditemui di Pasar Modern BSD, Jumat (24/12).

Rudi mengatakan, setiap tahun memang pergerakan harga telur mengalami kenaikan semacam itu. Dia tidak bisa memastikan kenaikan harga telur bisa mengalami penurunan ke harga normal atau tidak.

"Belum tentu (harga kembali turun) pada Januari. Tergantung stok. Lihat kondisi ketersediaan barang," ujarnya.

Kendati kondisi harga telur yang dijualnya mengalami kenaikan, Rudi mengatakan pendapatannya tidak terganggu atau mengalami penurunan. Dia menyebut penjualannya tetap lancar lantaran masyarakat mau tidak mau membutuhkan barang pokok tersebut.

Sementara itu, harga cabai rawit terpantau bergerak di angka Rp 112 ribu per kg. Menurut pedagang, harga cabai rawit terus mengalami kenaikan secara bertahap dari harga normal sekitar Rp 32 ribu per kg yang memuncak hingga seratusan ribu per kg.

Sari (32), seorang pedagang cabai mengatakan, kenaikan harga cabai rawit tersebut telah terjadi sejak sebulan terakhir. Menurut informasi yang diperoleh, faktor yang menyebabkan kenaikan harga cabai rawit lantaran terjadinya gagal panen.

"Infonya, karena hujan, banjir, jadi gagal panen. Ada juga yang nyangkut-nyangkutin sama jelang Tahun Baru," ujar Sari.

Dia menyebut, harga cabai rawit kemungkinan akan bergerak di angka tersebut hingga pertengahan Januari 2022. Sehingga ada kemungkinan harga bakal kembali normal.

"Kalau kata induknya sih turun Januari pertengahan, tapi enggak tahu turunnya berapa, pokoknya normal. Dia berangsur naik dan turunnya, biasanya naik atau turun secara berangsur Rp 5.000 gitu," tuturnya.

Namun, Sari mengatakan, harga cabai lainnya seperti cabai merah dan cabai hijau besar masih terbilang normal. Termasuk juga bawang putih dan bawang merah, tidak termasuk bawang bombay.

Harga minyak goreng juga terpantau mengalami kenaikan. Para pedagang kini menjual minyak sebesar Rp 42 ribu per 2 liter dari harga normal sebesar Rp 25 ribu. Dan atau Rp 22 ribu per 1 liter minyak dari harga normal sebesar Rp 15 ribu.

"Isunya bahan setengah jadinya (bahan minyak makan) itu dikirim (impor) dijadikan bahan bakar atau apa, jadi ketersediaan di dalam (negeri) kurang. Jadi barangnya sedikit permintaan banyak ya harganya naik," kata Rina (40), seorang pedagang minyak goreng.

Kemudian, harga daging ayam potong terpantau dihargai sebesar Rp45 ribu dari harga normal sekitar Rp38 ribu per kg. Kenaikan harga terjadi sekitar seminggu menjelang perayaan Natal.

Seorang pedagang daging ayam potong, Yuni (38) berharap harga daging ayam potong bisa kembali normal. Pasalnya dia mengalami penurunan pendapatan akibat kenaikan harga pada barang dagangannya.

"Semoga sih turun ya kembali normal biar enggak pusing jualannya. (Pendapatan) dari biasanya omset Rp 5 juta, ini palingan Rp 4 juta. Iya (pendapatan turun sekitar 20 persen). Sepi soalnya," kata Yuni

Kenaikan harga barang pokok menjelang Nataru menimbulkan keluhan dari sejumlah pembeli. Nita (42) mengeluhkan harga sejumlah barang pokok. Dia mengaku memilih untuk mengurangi kuantitas belanja untuk menekan pengeluaran.

"Saya jadi belinya lebih sedikit. Atau menggabungkan dengan jenis lain, misalnya cabai rawit saya gabung dengan cabai hijau atau merah besar yang harganya lebih murah," kata dia.

Pembeli lainnya, Bagus (28) mengungkapkan keluhannya ihwal harga barang pokok, seperti minyak goreng dan telur. Bahkan akibat kenaikan harga tersebut, dia mengaku menunda terlebih dahulu untuk berbelanja hingga harga barang pokok dapat kembali normal.

"Saya memilih menunda dulu. Nanti kalau sudah normal harganya, baru saya berbelanja," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement