REPUBLIKA.CO.ID, Sebelas kasus varian Omicron Covid-19 yang ada di Indonesia menjadi alarm agar pemerintah lebih sigap. Terlebih, libur natal dan tahun baru yang sedianya ditetapkan sebagai Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3 di Jawa-Bali dibatalkan kemudian diganti sebagai PPKM di Masa Nataru. Salah satu jurus pemerintah untuk bersiap dalam perang baru melawan Omicron adalah booster vaksin Covid-19 dosis ketiga.
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menegaskan, booster untuk sasaran di luar tenaga kesehatan akan dimulai secara nasional pada 4 Januari 2022. "4 Januari 2022 kick off vaksin booster dengan dua skema," kata Mendagri Tito Karnavian usai memimpin Rakor percepatan percepatan vaksinasi provinsi Maluku, di Ambon, Jumat (24/12).
Mendagri yang didampingi Gubernur Maluku Murad Ismail menegaskan program pemberian vaksin ketiga itu berdasarkan instruksi Presiden Joko Widodo untuk mengantisipasi munculnya varian Omicron yang sudah terdeteksi di puluhan negara.Menurut mantan Kapolri tersebut, pelaksanaan vaksin booster dilakukan dengan dua skema yakni berbasis penerima bantuan iuran (PBI) dan non PBI atau berbayar.
Kelompok PBI adalah masyarakat yang tercatat dan dianggap kurang mampu karena itu mendapatkan vaksin booster gratis. Sementara itu, di luar kelompok tersebut diwajibkan membayar. "Nanti pemerintah akan menetapkan dan mengumumkan berapa tarif vaksin boster. Tetapi saya memastikan akan dimulai 4 Januari 2022," kata dia.
Perusahaan farmasi AstraZeneca mengklaim bahwa vaksin booster Covid-19 buatannya ampuh melawan varian Omicron, mengutip data studi laboratorium Universitas Oxford.Studi, yang belum diterbitkan di jurnal medis rekan sejawat itu, menunjukkan bahwa kadar antibodi terhadap Omicron setelah vaksin booster lebih tinggi ketimbang antibodi pada orang yang terinfeksi dan yang telah sembuh dari COVID-19 secara alami.
Sesudah menerima tiga dosis vaksin, tingkat penetralan terhadap Omicron sama dengan terhadap varian Delta setelah dua dosis, katanya.Produsen obat Anglo-Swedia itu mengatakan bahwa para ilmuwan di Universitas Oxford yang melakukan studi tersebut independen dari ilmuwan yang mengembangkan vaksin, Vaxzevria, dengan AstraZeneca.
Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof dr Tri Wibawa mengatakan semua jenis vaksin memiliki potensi untuk digunakan sebagai "booster" (penguat) vaksin Covid-19."Semua vaksin berpotensi sebagai 'booster', tentunya setelah melalui uji klinis khusus untuk membuktikan keamanan dan hasil gunanya sebagai 'booster'," kata dia lewat keterangan tertulis.
Dia mengungkapkan banyak tantangan dalam pengembangan vaksin, termasuk vaksin Covid-19. Pengembangan vaksin, menurut dia, tidak dapat dilakukan dengan cepat karena terdapat banyak proses dan tahapan yang harus dilalui. Hal tersebut, kata dia, diperlukan untuk membuktikan kandidat vaksin yang dikembangkan aman dan berhasil memberikan perlindungan orang terhadap Covid-19.
Ia menuturkan upaya pengembangan vaksin nasional dilakukan oleh sejumlah institusi dan perguruan tinggi di Tanah Air, salah satunya pengembangan vaksin Merah Putih.UGM turut menjadi salah satu lembaga yang melakukan pengembangan vaksin Merah Putih."Pengembangan vaksin sangat kompleks, untuk sampai tahap uji klinis masih panjang prosesnya. Saat ini kita sedang persiapkan melakukan uji imunogenitas pada hewan coba," kata tim pengembang vaksin Merah Putih UGM ini.
Ia menjelaskan untuk melihat efek imunogenitas vaksin timnya akan menguji kandidat protein pada mencit. Dalam pengembangan vaksin Merah putih, UGM fokus pada pengembangan vaksin berbasis DNA protein rekombinan dan menggunakan Carbonated Hydroxyapatite (CHA) sebagai adjuvan."Yang membedakan pengembangan vaskin UGM ini dengan yang lainnya adalah pada platform teknologinya yakni rekombinan protein," ujar dia.
Tri Wibawa menyebutkan setiap platform pengembangan vaksin mempunyai keunggulan dan kelemahan.Menurutnya, vaksin yang dikembangkan UGM dengan berbasis protein rekombinan lebih menjanjikan untuk mengurangi potensi efek samping.Tak hanya itu, menurut dia, dengan platform tersebut juga lebih mudah dalam produksi massal.
Target vaksinasi nasional
Upaya booster dari pemerintah tersebut muncul di tengah belum tercapainya tingkat vaksinasi secara nasional. Padahal, akhir tahun 2021 tinggal menghitung hari. Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan Covid-19 Hidayatullah Muttaqin mengatakan Indonesia saat ini memerlukan 3,98 juta orang per hari divaksinasi untuk mencapai 70 persen target akhir tahun.
"Dengan waktu delapan hari tersisa untuk capai target 70 persen dari jumlah penduduk minimal dosis pertama, maka akselerasi suntikan lebih dari tiga juta per hari wajib dilakukan," jelas dia di Banjarmasin, Sabtu (25/12).
Muttaqin merujuk data Kementerian Kesehatan, jumlah penduduk Indonesia yang sudah divaksin dosis pertama per 23 Desember 2021 sebanyak 157,32 juta. Sedangkan dosis kedua atau vaksin lengkap sebesar 109,83 juta orang. Dengan demikian vaksinasi dosis pertama baru mencapai 58 persen. Sementara dosis 2 sebesar 41 persen dari jumlah penduduk.
Untuk mencapai target vaksinasi 70 persen dari populasi di akhir 2021, jumlah penduduk yang harus divaksin per dosisnya 189 juta penduduk. Ini berarti diperlukan tambahan vaksinasi 31,83 juta orang untuk dosis pertama dan 79,32 juta jiwa untuk dosis kedua.
Diakui Muttaqin, akselerasi tersebut akan sangat sulit dicapai karena laju vaksinasi dalam beberapa hari terakhir hanya sekitar satu juta orang per hari. Terlebih, tantangan vaksinasi di Indonesia memang lebih berat dibanding negara-negara maju. Sebab wilayah nusantara sangat luas dengan infrastruktur dan SDM yang belum merata.
Sementara penduduk tersebar sampai ke daerah atau wilayah terpencil yang sangat sulit dijangkau.Namun jika laju vaksinasi konsisten di angka satu juta per hari, maka dia yakin vaksinasi dosis satu akan mencapai 70 persen dari jumlah penduduk pada minggu ketiga atau minggu ke empat Januari 2022 mendatang.
Muttaqin menegaskan pula karena suntikan vaksin yang diperlukan seseorang untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap Covid-19 adalah dua dosis, maka realisasi target vaksinasi 70 persen dari jumlah penduduk untuk dosis 2 menjadi sangat penting juga untuk dikejar. Apalagi di tengah munculnya varian baru seperti Omicron.