Ahad 26 Dec 2021 19:02 WIB

Ribuan Penerbangan di Dunia Batal Akibat Penyebaran Omicron

Lonjakan kasus omicron menyebabkan maskapai terpaksa menunda penerbangan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Penumpang menunggu keberangkatan di Salt Lake City International Airport, Amerika Serikat, Jumat (24/12).
Foto: AP Photo/Rick Bowmer
Penumpang menunggu keberangkatan di Salt Lake City International Airport, Amerika Serikat, Jumat (24/12).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Lebih dari 6.000 penerbangan telah dibatalkan dan ribuan lainnya ditunda di seluruh dunia selama akhir pekan Natal. Kondisi perbatasan yang muncul akibat varian omikron virus korona yang sangat menular ini membawa kerugian liburan bagi jutaan orang.

Menurut Flightaware.com, hampir 2.800 penerbangan dibatalkan di seluruh dunia pada Sabtu (25/12), termasuk lebih dari 970 yang berasal dari atau menuju ke bandara Amerika Serikat (A). Lebih dari 8.000 penundaan pada 01.30 waktu setempat. Sedangkan sehari sebelumnya, ada sekitar 2.400 pembatalan dan 11.000 penundaan, sedangkan pembatalan pada Ahad (26/12) telah melampaui 1.100.

Baca Juga

Pilot, pramugari, dan karyawan lain telah dipanggil sakit atau harus dikarantina setelah terpapar Covid-19. Kondisi ini memaksa Lufthansa, Delta, United Airlines, JetBlue, Alaska Airlines, dan banyak maskapai penerbangan dengan staf pendek lainnya untuk membatalkan penerbangan selama salah satu periode perjalanan puncak setiap tahun.

"Bantu penerbangan @united dibatalkan lagi. Saya ingin pulang untuk Natal," ujar seorang wisatawan yang putus asa dari negara bagian Vermont AS ke maskapai itu Sabtu pagi.

Data Flightaware menunjukkan United membatalkan sekitar 200 penerbangan pada Jumat (24/12) dan hampir 250 pada Sabtu. Jumlah pembatalan ini sekitar 10 persen dari yang dijadwalkan.

"Lonjakan nasional dalam kasus omicron minggu ini berdampak langsung pada awak penerbangan kami dan orang-orang yang menjalankan operasi kami,” kata United dalam sebuah pernyataan pada Jumat.

"Akibatnya, kami harus membatalkan beberapa penerbangan dan memberi tahu pelanggan yang terkena dampak sebelum mereka datang ke bandara," kata maskapai itu.

Nasib serupa pun terjadi pada maskapai Delta yang membatalkan 310 penerbangan pada Sabtu dan sudah membatalkan beberapa lusin lagi pada  Ahad. Perusahan mengatakan telah menghabiskan semua opsi dan sumber daya, termasuk perubahan rute dan penggantian pesawat dan awak untuk menutupi penerbangan yang dijadwalkan.

"Kami meminta maaf kepada pelanggan kami atas keterlambatan rencana perjalanan liburan mereka," kata perusahaan itu dikutip dari Aljazirah.

Sedangkan maskapai penerbangan Cina menyumbang jumlah pembatalan tertinggi. Cina Eastern membatalkan lebih dari 1.000 penerbangan atau lebih dari 20 persen dari rencana penerbangannya pada Jumat dan Sabtu. Air Cina juga menghentikan sekitar 20 persen dari jadwal keberangkatannya selama periode tersebut.

Menurut perkiraan dari American Automobile Association, lebih dari 109 juta orang AS dijadwalkan untuk bepergian dengan pesawat, kereta api atau mobil antara 23 Desember hingga 2 Januari. Jumlah ini meningkat 34 persen dibandingkan tahun lalu.

Tapi sebagian besar dari rencana itu dibuat sebelum munculnya omikron yang telah menjadi dominan di AS serta membanjiri beberapa rumah sakit dan petugas kesehatan. Negara bagian New York mengumumkan mencatat 44.431 tes COVID-19 positif harian baru pada Jumat, sementara kasus baru melonjak secara nasional juga.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement