Senin 27 Dec 2021 13:53 WIB

Jurus Telkom Jamin Keamanan Data Center dari Masalah

Data center harus kuat menghadapi segala macam bencana agar bisnis bisa terus jalan.

Rep: Setyanavidita Livikacansera / Red: Dwi Murdaningsih
Data center Telkom.
Foto: telkom
Data center Telkom.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 telah mendorong transformasi digital terjadi hampir di semua industri. Tak hanya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), tapi juga institusi pemerintahan hingga perusahaan besar. 

Dengan semakin berkembangnya transformasi digital, maka Data center harus bisa diandalkan dan tak boleh sampai bermasalah, apalagi dalam waktu lama, atau yang paling fatal adalah terjadinya kebakaran di data center. 

Baca Juga

Menurut Direktur ICT Institute, Heru Sutadi, data center kini menjadi urat nadi internet, termasuk di Indonesia, apalagi yang terhubung dengan Indonesia Internet Exchange. Jika bermasalah, maka akan berdampak ke masyarakat luas. 

"Kita belajar banyak dari kebakaran data center yang terjadi baru-baru ini. Gedung tersebut memang tidak didesain untuk penempatan data center, apalagi untuk mengantisipasi bencana, baik itu banjir, gempa, dan kebakaran," ujarnya. 

Intinya, kata dia, sebuah data center harus kuat menghadapi segala macam bencana agar bisnis bisa terus berjalan. Oleh karena itu, data center harus mematuhi standar internasional yang penempatannya bersifat khusus atau tidak sembarangan. 

Termasuk juga, memperhatikan sisi catu daya, tahan gempa dan kebakaran, serta jaminan kemampuan untuk beroperasi selama 24 jam 7 hari dalam seminggu alias setiap saat. 

Direktur Wholesale & International Service PT Telkom Indonesia, Bogi Witjaksono menjelaskan, beberapa standar yang harus dipatuhi oleh para pemilik data center di antaranya adalah Suppression System untuk ruang server dan data center harus memenuhi kualitas aman di udara.

Aturan ini ada dalam dokumen NFPA 75 Standar for protection of Information Technology.  NFPA 75 adalah Standar untuk Perlindungan Kebakaran Peralatan Teknologi Informasi. 

Bogi menjelaskan, untuk proteksi kebakaran di data center ada dua jenis, yakni pasif dan aktif. Sisi pasif mencakup desain arsitektur dan instalasi material.

Sedangkan aktif mencakup sistem deteksi kebakaran, pencegah kebakaran, dan penyiram api. "Sistem deteksi aktif bisa menggunakan Very Early Smoke Detection Apparatus (VESDA) yang berfungsi mendeteksi asap pada tahap yang sangat awal dan memperingatkan pengguna," jelas Bogi. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement