REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Komandan Pusat Polisi Militer Angkatan Darat (Danpuspomad) Letjen Chandra Warsenanto Sukotjo menjelaskan, tiga personel TNI AD yang terlibat tabrakan di Nagreg, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (8/12), memiliki peran yang berbeda-beda.
Insiden penabrakan itu menewaskan dua orang, yaitu Handi Saputra dan Salsabila. Jenazah pasangan sejoli itu ditemukan di Sungai Serayu di titik berbeda, tepatnya Kabupaten Cilacap dan Banyumas, yang berjarak sekitar 200 kilometer dari tempat kejadian perkara (TKP) pada Sabtu (11/12).
Menurut Chandra, tiga personel bernama Kolonel Priyanto, Koptu Andreas Dwi Atmoko dan Kopda Ahmad Sholeh, memiliki peran berbeda. Ketiganya menggunakan mobil Panther warna hitam berpelat nomor B-300-Q yang dikemudikan Koptu DA saat insiden tabrakan.
"Di TKP, (mobil) itu dikemudikan oleh Koptu DA. Kolonel P dan Kopda A itu menumpang pada kendaraan tersebut," kata Chandra saat mengunjungi rumah duka korban di Limbangan, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Senin (27/12).
Adapun mobil yang ditumpangi oleh para tersangka tersebut, menurut Chandra merupakan mobil pribadi milik Kolonel Priyanto. Mobil tersebut berjenis Isuzu Panther berwarna hitam. Sedangkan tabrakan itu terjadi di Jalan Raya Nagreg di area sekitar SPBU Ciaro, Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung.
Meski begitu, Chandra belum bisa menjelaskan peran tiga oknum TNI setelah tabrakan itu. Karena, menurut dia, hal tersebut masih dalam proses penyidikan di Markas Puspomad. Selain itu, sambung dia, polisi militer juga masih menyelidiki motif para tersangka yang membuang jenazah korban ke sungai.
"Kalau untuk motivasi, ini sedang diungkap oleh para penyidik," ucap Chandra. Pasangan sejoli itu hilang secara misterius setelah dibawa tiga personel TNI AD. Dua jenazah korban ditemukan di aliran Sungai Serayu. Setelah ditemukan, jenazah para korban dikembalikan ke keluarga dan dimakamkan.