Selasa 28 Dec 2021 12:34 WIB

Giring Ternyata Drop Out dari Kampus yang Pernah Dipimpin Anies Baswedan

Rektor Universitas Paramadina Prof Didik J Rachbini tak menanggapi status Giring.

Rep: Erik PP/Nawir Arsyad Akbar/ Red: Erik Purnama Putra
Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Giring Ganesha (tengah) berfoto dengan Iwan Bopeng, pendukung Ahok yang ingin memotong tentara.
Foto: Istimewa
Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Giring Ganesha (tengah) berfoto dengan Iwan Bopeng, pendukung Ahok yang ingin memotong tentara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Status pendidikan Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Giring Ganesha Djumaryo ternyata drop out (DO) dari Universitas Paramadina. Vokalis band Nidji tersebut masuk Universitas Paramadina pada 2002, seusai lulus dari SMAN 34 Jakarta.

Giring pernah maju dalam pemilihan presiden mahasiswa Universitas Paramadina pada 2004, tapi kalah. Dia akhirnya mengajukan cuti kuliah untuk fokus bermusik kala menempuh pendidikan sarjana program studi Hubungan Internasional Universitas Paramadina pada 2005.

Baca Juga

Karena sampai 2017 tidak melanjutkan kuliah, pihak kampus pun terpaksa mengeluarkan Giring dari Universitas Paramadina. Status tersebut dapat dilihat di laman ppdikti.kemdikbud.go.id.

Rektor Universitas Paramadina Prof Didik J Rachbini tidak menjawab pertanyaan yang diajukan Republika. Didik juga tidak berkomentar apakah status Giring memang dikeluarkan dari Universitas Paramadina karena tak aktif kuliah selama belasan tahun.

Di Twitter, @EnggalPamukty mengunggah bukti jika Giring memang tidak lulus ketika kuliah. Dia menunjukkan status mahasiswa Giring yang dikeluarkan dari Universitas Paramadina. Enggal malah membandingkan Giring dengan Rahmat Aldiansyah alias Aldi Taher yang lulus kuliah di Universitas Jayabaya.

Sebelumnya, Giring Ganesha melontarkan kritik yang mengarah kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan. Anies adalah rektor Universitas Paramadina periode 2007-2015.

Giring mengatakan, generasi muda saat ini adalah orang-orang yang optimistis. Namun, hal tersebut akan terancam jika Indonesia dipimpin oleh sosok yang memiliki rekam jejak menggunakan isu suku, ras, dan antargolongan (SARA) untuk menjadi pemimpin.

"Kemajuan kita akan terancam jika kelak orang yang menggantikan Pak Jokowi adalah sosok yang mempunyai rekam jejak menggunakan isu SARA dan menghalalkan segala cara untuk menang dalam pilkada," ujar Giring dalam perayaan HUT ke-7 PSI yang dihadiri Presiden Jokowi di Jakarta, Rabu (22/12).

Giring tak mengungkapkan siapa sosok yang ia maksud tersebut. Hanya, ia menegaskan, Indonesia akan suram jika dipimpin oleh orang seperti itu. Kemajuan tak akan hadir jika bangsa ini dipimpin oleh sosok yang menggunakan politik identitas.

"Indonesia akan suram jika yang terpilih kelak adalah seorang pembohong dan juga pernah dipecat oleh Pak Jokowi karena tidak becus bekerja," ujar Giring.

Baca juga : Sukses Selamatkan Nasabah Jiwasraya, Erick Thohir Diharapkan Selesaikan Masalah ASABRI

PSI, Giring menegaskan, tak akan berkoalisi dengan pihak yang mengusung sosok tersebut menjadi calon presiden (capres) pada 2024. Orang yang pernah memperalat agama, bergandeng tangan dengan kelompok intoleran, menggunakan ayat untuk menjatuhkan lawan politik.

"Bila kelak amit-amit, skenario buruk terjadi dan kandidat yang punya rekam jejak politisasi agama menang Pilpres pak, PSI siap menjadi oposisi. Sebagaimana yang telah kami buktikan di Jakarta hari ini," ujar Giring.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement