REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) merilis hasil survei eksperimental terkait prospek partai politik dan calon presiden (capres). Salah satu temuannya adalah mayoritas publik tetap akan memilih capres yang disukai, meskipun partai pilihannya tak mengusung sosok tersebut.
"Ada 55 persen yang akan tetap memilih calon tersebut, sementara 27 persen tidak akan memilih calon tersebut," ujar Direktur Eksekutif SMRC Sirojudin Abbas dalam rilis surveinya secara daring, Selasa (28/12).
Dalam survei ini, SMRC menggunakan metode survei eksperimen untuk menguji hubungan kasual antara variabel independen dan dependen dalam survei opini publik. Survei eksperimental akan menghasilkan temuan yang menunjukkan ada atau tidaknya hubungan kasual tersebut secara lebih meyakinkan.
Dalam hasil survei eksperimental lainnya, mayoritas publik rupanya tidak akan memilih capres yang tidak disukai meski partai pilihannya mengusung sosok tersebut dalam Pilpres 2024. "Ada 29 persen yang akan tetap memilih capres yang tidak disukai tersebut, sementara 53 persen tidak akan memilih calon tersebut," ujar Sirojudin.
Hanya 18 persen responden yang menyatakan tidak tahu atau tidak jawab. Ia menjelaskan, di mata pemilih, kualitas personal capres lebih penting ketimbang keputusan partai dalam memilih sosok pemimpin nasional.
"Dukungan pemilih partai terhadap capres yang dicalonkan oleh partai menurun signifikan jika capres tersebut tidak disukai pemilih," ujar Sirojudin.
SMRC melakukan survei pada 8 sampai 16 Desember 2021. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang memiliki hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berusia 17 tahun atau lebih.
Dari populasi itu dipilih secara acak sebanyak 2.420 responden. Adapun responden yang dapat diwawancarai secara valid adalah sebanyak 2.062 dengan margin of error sebesar kurang lebih 2,2 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Baca Juga: Hadapi Ujian Hidup, Mualaf Yefta: Ada Bisikan Jaga Sholat dan Wudhu