Kamis 30 Dec 2021 23:16 WIB

Korsel dan AS Sepakati Rancangan Pengakhiran Perang Korea

AS disebut tak memiliki niat bermusuhan dengan Korut.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
 Penjaga kehormatan Korea Selatan membawa 18 jenazah tentara Korea Selatan yang tidak diketahui, yang ditemukan di bekas medan pertempuran tahun ini, selama upacara bersama untuk berdoa bagi arwah orang yang meninggal selama Perang Korea, di Pemakaman Nasional di Seoul, Korea Selatan, Senin, 20 Desember 2021.
Foto: AP/Ahn Young-joon
Penjaga kehormatan Korea Selatan membawa 18 jenazah tentara Korea Selatan yang tidak diketahui, yang ditemukan di bekas medan pertempuran tahun ini, selama upacara bersama untuk berdoa bagi arwah orang yang meninggal selama Perang Korea, di Pemakaman Nasional di Seoul, Korea Selatan, Senin, 20 Desember 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Menteri Luar Negeri Korea Selatan (Menlu Korsel) Chung eui-yong mengatakan, Korsel telah secara efektif setuju dengan Amerika Serikat (AS) mengenai rancangan yang menyatakan berakhirnya Perang Korea, Rabu (29/12) waktu setempat. Berbicara pada konferensi pers, Chung mengatakan, Menlu AS Antony Blinken telah menegaskan kembali kemajuan efektif dalam mencapai kesepakatan mengenai rancangan tersebut.

Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS menambahkan, AS tidak memiliki niat bermusuhan terhadap Korea Utara dan siap untuk bertemu tanpa prasyarat. "Kami berharap DPRK (Republik Demokratik Rakyat Korea) akan merespon positif penjangkauan kami. Kami terus berkonsultasi erat dengan Republik Korea, Jepang, dan sekutu dan mitra lainnya tentang cara terbaik untuk melibatkan DPRK," kata juru bicara itu seperti dikutip laman CNN, Kamis (30/12).

Baca Juga

Rancangan tersebut bertujuan untuk mengakhiri Perang Korea yang pecah pada 25 Juni 1950, ketika pasukan Korea Utara menyerbu melintasi paralel ke-38 yang memisahkan Korea Utara dan Selatan.

AS memasok sekitar 90 persen tentara yang dikirim untuk membantu Korsel dan menghabiskan sekitar 67 miliar dolar AS untuk perang.

Gencatan senjata yang ditandatangani pada 27 Juli 1953 hanya menghentikan konflik. Namun perang tidak pernah secara resmi berakhir karena tidak ada perjanjian damai.

Pada September, Wakil Menteri Korea Utara Ri Thae Song mengatakan bahwa seruan Korsel untuk menyatakan diakhirinya Perang Korea masih prematur. Hal ini karena kebijakan bermusuhan AS terhadap Pyongyang masih nyata.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement