Selasa 04 Jan 2022 05:00 WIB

Potret Kemiskinan Afghanistan: Jual Anak Demi Bisa Membeli Makanan

Kemiskinan yang memburuk membuat warga Afghanistan semakin sulit memenuhi kebutuhan

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Anak-anak berfoto saat bermain di kamp pengungsi di Kabul, Afghanistan, Senin, 13 September 2021. Kemiskinan yang memburuk membuat warga Afghanistan semakin sulit memenuhi kebutuhan.
Foto: AP/Felipe Dana
Anak-anak berfoto saat bermain di kamp pengungsi di Kabul, Afghanistan, Senin, 13 September 2021. Kemiskinan yang memburuk membuat warga Afghanistan semakin sulit memenuhi kebutuhan.

REPUBLIKA.CO.ID, KAMP SHEDAI -- Kemiskinan dan perekonomian yang memburuk membuat warga Afghanistan semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Bahkan, jual beli anak mulai marak di kalangan warga miskin untuk bertahan hidup.

Di sebuah permukiman gubuk yang terbuat dari tanah liat di Afghanistan barat, seorang wanita, Aziz Gul, berjuang untuk menyelamatkan putrinya. Suami Aziz Gul menjual anak perempuannya yang berusia 10 tahun untuk dinikahkan tanpa memberitahu istrinya. Dia mengambil uang muka agar dapat memberi makan lima anaknya.

Baca Juga

Tanpa uang itu, keluarga Gul akan kelaparan sehingga suami Gul harus mengorbankan satu anaknya, untuk menyelamatkan anaknya yang lain. Mengatur pernikahan melalui perjodohan untuk gadis-gadis yang sangat muda kerap dilakukan di seluruh wilayah.

Keluarga mempelai pria yang sering kali merupakan kerabat jauh, membayar uang untuk membuat kesepakatan. Seorang anak yang telah dibeli biasanya akan tinggal bersama orang tuanya sampai setidaknya berusia sekitar 15 atau 16 tahun. Namun, karena banyak yang tidak mampu membeli makanan pokok, beberapa keluarga mengizinkan calon pengantin pria untuk membawa pulang anak perempuan di bawah umur untuk dinikahkan.

Namun Gul menolak untuk menyerahkan anak perempuannya, Qandi Gul, untuk dijual dan menikah di usia 10 tahun. Aziz Gul menikah ketika berusia 15 tahun. Dia mengancam akan bunuh diri jika Qandi Gul dibawa pergi secara paksa.

Gul ingat betul saat dia mengetahui suaminya telah menjual Qandi. Selama sekitar dua bulan, keluarga mereka sudah bisa membeli makanan. Namun Gul curiga dan bertanya kepada suaminya dari mana dia mendapatkan uang untuk membeli makanan. Suami Gul kemudian memberi tahu bahwa dia telah menjual Qandi.

“Jantung saya berhenti berdetak. Saya berharap saya mati saat itu, tetapi mungkin Tuhan tidak ingin saya mati," ujar Gul.

sumber : Associated Press
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement