Rabu 05 Jan 2022 16:56 WIB

Perdana pada 2022, Korut Uji Tembak Balistik ke Perairan Semenanjung Korea

Korsel dan Jepang menyatakan keprihatinan atas langkah Korsel menembak rudal balistik

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Ilustrasi peluncuran rudal Korut. Korsel dan Jepang menyatakan keprihatinan atas langkah Korsel menembak rudal balistik.
Foto: EPA
Ilustrasi peluncuran rudal Korut. Korsel dan Jepang menyatakan keprihatinan atas langkah Korsel menembak rudal balistik.

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG - Korea Utara (Korut) diduga melakukan uji tembak proyektil yang dicurigai sebagai rudal balistik dari lepas pantai timur negaranya ke arah lepas pantai Semenanjung Korea, Rabu (5/1). Dugaan ini jika dikonfirmasi adalah peluncuran senjata publik pertama Korut dalam waktu sekitar dua bulan dan perdana di awal tahun 2022.

Kepala Staf Gabungan Korsel mengatakan Korut menembakkan rudal balistik yang dicurigai ke arah perairan timurnya pada Rabu pagi waktu setempat. Otoritas intelijen Korsel dan AS dikatakan masih berusaha menganalisis lebih banyak informasi tentang peluncuran tersebut.

Baca Juga

Dalam konferensi video darurat, anggota tim keamanan nasional kepresidenan Korsel menyatakan keprihatinan tentang peluncuran tersebut. Pihaknya mengatakan kelanjutan negosiasi dengan Korut adalah hal sangat penting untuk menyelesaikan ketegangan.

Kementerian Pertahanan Jepang juga mendeteksi peluncuran Korut terbaru ini. Jepang mengatakan Korut kemungkinan menembakkan rudal. "Kami merasa sangat menyesalkan Korut terus menembakkan rudal dari tahun lalu," kata Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida kepada wartawan.

Kishida mengatakan rincian lain tentang peluncuran Korut belum ada, termasuk di mana dugaan rudal itu mendarat dan apakah ada kerusakan. Dia pun langsung memerintahkan para pejabat untuk mengonfirmasi keselamatan kapal dan pesawat di daerah di mana kemungkinan rudal itu terbang dan jatuh.

Peluncuran ini juga dilihat sebagai sebuah sinyal bahwa Pyongyang tidak tertarik untuk bergabung kembali dengan pembicaraan denuklirisasi dalam waktu dekat dan memilih lebih fokus untuk meningkatkan persenjataanya. Ini juga terjadi setelah pemimpin Korut Kim Jong Un bersumpah untuk lebih meningkatkan kemampuan militernya, meski tanpa mengungkapkan kebijakan baru jenis apa terhadap Amerika serikat (AS) maupun tetangganya Korea Selatan (Korsel).

Antara September dan November tahun lalu, Korut melakukan serangkaian uji coba senjata. Menurut para ahli, langkah Korut ini sebagai upaya untuk menerapkan lebih banyak tekanan pada negara lain untuk menerima Korut sebagai negara tenaga nuklir dengan harapan memenangkan bantuan dari sanksi ekonomi.

Senjata yang diuji termasuk rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam dan rudal hipersonik yang diperkembangkaan. Sejak latihan penembakan artileri pada awal November, Korut telah menghentikan kegiatan pengujian hingga peluncurannya Rabu ini.

Sementara itu, Pemerintahan AS Joe Biden telah berulang kali mengatakan pihaknya terbuka untuk melanjutkan diplomasi nuklir dengan Korut di mana dan kapan saja tanpa prasyarat. Namun Korut sejauh ini menolak tawaran tersebut dan justru menilai bahwa permusuhan AS tetap tidak berubah sama sekali.

Dalam pidato tahun baru jelang akhir masa jabatannya, Presiden Korsel Moon Jae-in menegaskan ia akan terus mencari cara untuk memulihkan hubungan dengan Korut dan mempromosikan perdamaian di Semenanjung Korea sampai masa jabatan lima tahunnya berakhir pada Mei. Dia baru-baru ini mendorong deklarasi simbolis politik untuk mengakhiri Perang Korea 1950-53 sebagai cara untuk mengurangi permusuhan.

sumber : Associated Press
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement