REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS - Oposisi Venezuela harus meninggalkan kemunafikan dan mengakui kesalahannya jika ingin memulai kembali pembicaraan dengan partai yang berkuasa, yang ditangguhkan pada Oktober. Demikian kata presiden Majelis Nasional Jorge Rodriguez, Rabu (5/1/2022).
Sejumlah perundingan di Meksiko antara pemerintah Venezuela dan politisi oposisi terhenti akhir tahun lalu setelah pengusaha Kolombia Alex Saab, sekutu Presiden Venezuela Nicolas Maduro, diekstradisi ke Amerika Serikat untuk menghadapi tuduhan pencucian uang. Pembicaraan dapat dimulai setelah Alex Saab dibebaskan dan ketika kendali atas aset asing dikembalikan ke pemerintah, kata Rodriguez pada pembukaan sesi baru majelis yang dikendalikan partai yang berkuasa.
"Cukup sudah kemunafikan dialog. Jika Anda ingin pembicaraan, tunjukkan rasa hormat. Jika Anda ingin pembicaraan, bebaskan Alex Saab. Jika Anda ingin pembicaraan, kembalikan emas kami yang Anda curi," kata Rodrigo yang memimpin delegasi pemerintah di Meksiko.
Sebelumnya pada Rabu (5/1/2022), pemimpin oposisi Juan Guaido telah mendesak dimulainya kembali pembicaraan untuk membangun jaminan keadilan bagi pemilih menjelang pemilihan presiden 2024. "Pemilihan umum yang bebas dan adil tidak akan datang sendiri atau karena kata-kata palsu Jorge Rodriguez," ujar Guaido.
Partai yang berkuasa mengendalikan Majelis Nasional dalam pemilihan tahun lalu. Akan tetapi Guaido dan komisi oposisi yang terdiri dari anggota parlemen terpilih pada 2015, yang memberlakukan reformasi untuk memperpanjang mandat mereka sendiri, terus mengendalikan aset Venezuela di luar negeri, seperti kilang minyak ASCitgo dan produsen pupuk Kolombia, Monomeros.
Maduro pekan ini memerintahkan Majelis Nasional untuk menyelidiki politisi oposisi yang memperpanjang mandat komisi oposisi itu. Oposisi menuduh pemilihan Maduro pada 2018 curang dan kepemimpinannya tidak sah. Perpanjangan itu didukung oleh seteru Maduro, Amerika Serikat, yang meningkatkan sanksi terhadap pemerintah Venezuela dua tahun lalu.
Lusinan negara barat awalnya mendukung Guaido sebagai pemimpin Venezuela. Namun sejak pemilu legislatif 2021 sejumlah negara dan Uni Eropa hanya mendukungnya sebagai tokoh oposisi terkemuka.