REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Jawa Barat (Jabar) melakukan berbagai upaya untuk mencegah penyebaran omicron di wilayahnya. Menurut Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Jabar, Nina Susana Dewi, awalnya warga ber KTP Jabar yang diduga terkena omicron ada 20 orang. Hal itu, berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium di Kota Depok.
"Depok itu, salah satu laboratorium yang memeriksa omicron itu ada 20 orang yang hasil pemeriksaanya positif. Jadi yang dikatakan gubernur betul, pemeriksaannya di Depok memang yang positif ada 20. Tapi setelah 3 hari kemudian ada data keluar, ternyata diverifikasi yang 11 orang bukan orang Jabar. Jadi yang orang Jabarnya hanya 9 orang," ujar Nina kepada Republika.co.id, Kamis (6/1).
Saat ini, menurut Nina, ke sembilan orang yang positif omicron masih dikarantina. Jadi, belum ada yang masuk ke Jabar karena karantinanya di Jakarta.
"Ini data-data kan tak langsung dikeluarkan. Jadi dari Depok laporannya ini ada yang positif 20, nah kita juga memperkirakan dari Jabar. Tapi, setelah hasil resmi data, yang omicronnya hanya 9, yang 11 bukan. Saat ini, belum ada laporan penularan lokal di Jabar. Belum ada, mudah-mudahan jangan ada ya," katanya.
Nina mengatakan, sampai saat ini belum ada kasus baru. Semua warga Jabar yang positif omicron pun masih dikarantina. Kalau hasilnya negatif, maka mereka boleh pulang ke daerahnya masing-masing. Mereka akan diisolasi selama 10 hari lagi.
"Nanti dicek ulang termasuk keluarganya di-tracing ulang, siapa saja yang kontak semuanya dites. Kami pantau ketat. Jadi, yang datang ke Jabar harus negatif saja supaya aman," katanya.
Walaupun sudah negatif di tempat karantina, kata dia, tetap saja pihaknya akan meminta warga yang positif ini 10 hari isolasi dan keluarganya juga dites. "Ke sembilan orang itu, di antaranya berasal dari Kabupaten Indramayu, Kabupaten Bandung Barat, dan lain-lain," katanya.
Menurutnya, kesembilan warga yang positif omicron ini pulang dari beberapa negara. Di antaranya dari Libanon, Uni Emirat Arab, Turki, dan Arab Saudi.
Dinkes Jabar pun, kata dia, melakukan berbagai antisipasi agar omicron tak menyebar di Jabar. Pertama, meminta kabupaten kota untuk mempersiapkan sarana dan prasarana kalau ada peningkatan omicron. Kedua, sudah membuat kesepakatan 3T dengan kabupaten kota.
"Terutama, tracing dan testing harus ditingkatkan di tempat-tempat perbatasan Jakarta-Jabar dan provinsi lain," katanya.
Selain itu, kata dia, tempat masuknya warga yang berasal dari luar negeri seperti bandara akan dilakukan tracing yang ketat. Di tempat-tempat seperti itu, pariwisata akan diperketat juga. Karena, omicron ini penyebarannya lebih cepat dibandingkan delta.
"Semua sample akan dilakukan pemeriksaan apakah itu omicron atau bukan," kata dia.
Terkait libur natal dan tahun baru (Nataru) di Jabar, menurut Nina, hingga saat ini masih aman. Karena, kasus penularan Covid 19 masih landai belum ada peningkatkan yg bermakna.
"Kami minta, masyarkat terus saja jaga jarak, pakai masker, lakukan tracing dan testing untuk indikasi yang mencurigakan. Kalau ada klaster satu daerah meningkat tinggi itu akan kita awasi," kata dia.