REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Amerika Serikat (AS) dan Jepang menyuarakan keprihatinan yang kuat tentang kekuatan China yang tumbuh, Jumat (7/1/2002). Kedua negara berjanji bekerja sama melawan upaya untuk mengacaukan kawasan, termasuk terhadap ancaman pertahanan.
Komentar dari kedua sekutu tersebut merupakan bagian dalam pernyataan bersama pertemuan virtual menteri luar negeri dan pertahanan Washington dan Tokyo. Pertemuan ini menyoroti alarm yang semakin kencang tentang kekuatan China.
Para menteri menyatakan keprihatinan bahwa upaya China untuk merusak tatanan berbasis aturan menghadirkan tantangan politik, ekonomi, militer dan teknologi ke kawasan dan dunia. "Mereka memutuskan bekerja sama untuk mencegah dan, jika perlu, menanggapi kegiatan yang tidak stabil di kawasan itu," katanya.
Perwakilan kedua negara juga mengatakan memiliki keprihatinan serius dan berkelanjutan tentang masalah hak asasi manusia di wilayah Xinjiang dan Hong Kong. Jepang dan AS menggarisbawahi pentingnya perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan.
Sebelum pertemuan itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan kedua negara akan menandatangani kesepakatan kolaborasi pertahanan baru. Upaya ini untuk melawan ancaman yang muncul, termasuk hipersonik dan kemampuan berbasis ruang angkasa.
Blinken mengatakan aliansi AS-Jepang tidak hanya harus memperkuat alat yang dimiliki, tetapi juga mengembangkan yang baru. Dia menyinggung penumpukan militer Rusia dalam isu Ukraina, tindakan provokatif China atas peluncuran rudal terbaru Taiwan, dan Korea Utara.
Setelah pertemuan itu, Menteri Luar Negeri Jepang, Yoshimasa Hayashi, mengatakan Tokyo telah menjelaskan rencananya untuk merevisi strategi keamanan nasional. Upaya ini secara fundamental meningkatkan kemampuan pertahanan, yang didukung oleh AS.