Sabtu 08 Jan 2022 00:54 WIB

Satu Dosis Vaksin J&J Diklaim Lindungi Pasien Covid-19 Selama 6 Bulan 

Efek vaksin J&J terhadap varian omicron masih terus ditinjau.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Friska Yolandha
Vaksin booster Johnson dan Johnson di Pusat Vaksinasi Harapan di Pusat Konvensi Internasional Cape Town di Cape Town, Afrika Selatan. Johnson & Johnson (J&J) mengatakan, sebuah studi menunjukkan bahwa satu dosis vaksin Covid-19-nya dapat melindungi para pasien infeksi dan rawat inap hingga enam bulan.
Foto: AP/Nardus Engelbrecht
Vaksin booster Johnson dan Johnson di Pusat Vaksinasi Harapan di Pusat Konvensi Internasional Cape Town di Cape Town, Afrika Selatan. Johnson & Johnson (J&J) mengatakan, sebuah studi menunjukkan bahwa satu dosis vaksin Covid-19-nya dapat melindungi para pasien infeksi dan rawat inap hingga enam bulan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Johnson & Johnson (J&J) mengatakan, sebuah studi menunjukkan bahwa satu dosis vaksin Covid-19-nya dapat melindungi para pasien infeksi dan rawat inap hingga enam bulan. Studi yang disponsori oleh pengembang vaksin itu dilakukan pada 1 Januari hingga 7 September 2021.

Namun, efeknya terhadap varian Omicron perlu ditinjau kembali. Pasalnya saat studi tersebut dilakukan, varian baru tersebut belum ditemukan.

Baca Juga

J&J mengatakan, perlindungan terhadap infeksi dari vaksin dosis tunggal mulai berkurang hanya dari bulan keempat. Hal tersebut lebih lama ketimbang dua dosis dari saingannya Pfizer Inc, BioNTech, dan Moderna yang hanya berkurang mulai pada bulan kedua.

Tidak ada penurunan perlindungan ditemukan untuk penerimaan ICU untuk ketiga vaksin tersebut. J&J mengatakan, penelitian itu dilakukan dengan mengumpulkan klaim dan data laboratorium yang mencakup 168 juta orang.

Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengajak semua warganya yang berusia 12 tahun ke atas segera menerima vaksin booster Covid-19. Langkah ini diharapkan dapat menahan penyebaran varian Omicron yang sangat menular.

AS sudah mendorong semua masyarakat berusia 16 tahun ke atas untuk divaksin booster. Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) AS mendorong suntikan ekstra vaksin dari Pfizer untuk remaja yakni berusia antara 12 hingga 15 tahun dan memperkuat rekomendasinya untuk 16 dan 17 tahun.

"Sangat penting kita melindungi anak-anak dan remaja kita dari infeksi Covid-19 dan komplikasi penyakit berat," kata direktur CDC Rochelle Walensky dalam pernyataannya, Kamis (6/1/2022).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement