REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Ketegangan meningkat menjelang negosiasi Rusia dengan AS soal tuntutan jaminan keamanan dari NATO. Mark Sleboda, seorang veteran militer dan analis urusan internasional serta keamanan Amerika Serikat (AS) menilai bahwa kasus kekerasan terbaru yang terjadi di Kazakhstan bukanlah suatu kebetulan.
Protes kekerasan meletus di Kazakhstan beberapa hari sebelum dimulainya pembicaraan keamanan AS-Rusia dan Dewan NATO-Rusia (NRC). Negara-negara anggota Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) telah mengerahkan pasukan di negara itu atas permintaan Presiden Kazakh Kassym-Jomart Tokayev.
"Saya tidak percaya kebetulan saat percobaan pemberontakan bersenjata di Kazakhstan yang membajak dan menggunakan protes sosial yang sah untuk berlindung," kata Sleboda, kepada Newsweek, dilansir Sputniknews, Ahad (9/1/2022).
Skala, ruang lingkup, organisasi, dan perencanaan yang jelas, semuanya mengarah pada kemungkinan arah dan dukungan asing hingga tingkat tertentu. Tampaknya sudah waktunya untuk menjadikan Rusia menghadapi gangguan ketidakstabilan politik, baik di timur dan barat, tepat sebelum negosiasi dengan AS dan NATO.
Sleboda menilai bahwa buronan kriminal oligarki Kazakh Mukhtar Ablyazov, mantan ketua Bank Turan Alem (Bank BTA), yang menyebut dirinya sebagai pemimpin protes, memang punya peran. Oleh karena itu intelijen Ukraina hampir pasti terlibat, dan kemungkinan besar juga pendukung Barat rezim Kiev.