Senin 10 Jan 2022 14:20 WIB

Rusia: Tak Ada Konsesi di Bawah Tekanan AS Terkait Krisis Ukraina

Rusia berkomitmen tak akan membuat konsesi di bawah tekanan Amerika Serikat

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Seorang tentara Rusia melihat melalui senapan snipernya selama latihan militer gabungan. Rusia berkomitmen tak akan membuat konsesi di bawah tekanan Amerika Serikat. Ilustrasi.
Foto: AP/Didor Sadulloev
Seorang tentara Rusia melihat melalui senapan snipernya selama latihan militer gabungan. Rusia berkomitmen tak akan membuat konsesi di bawah tekanan Amerika Serikat. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW - Rusia mengatakan pada Ahad (9/1/2022) bahwa pihaknya tidak akan membuat konsesi di bawah tekanan Amerika Serikat. Rusia juga memperingatkan pembicaraan pekan ini tentang krisis Ukraina mungkin berakhir lebih awal.

Sementara itu, Washington mengatakan tidak ada terobosan seperti yang diharapkan dan kemajuan bergantung pada peredaan ketegangan dari Moskow. Sikap keras Moskow menggarisbawahi prospek negosiasi yang rapuh. Washington berharap negosiasi itu akan mencegah bahaya invasi baru Rusia ke Ukraina.

Baca Juga

Invasi menjadi masalah paling menegangkan dalam hubungan AS-Rusia sejak Perang Dingin berakhir tiga dekade lalu. Pembicaraan dimulai pada Senin di Jenewa sebelum pindah ke Brussel dan Wina. Akan tetapi kantor berita milik negara Rusia RIA mengutip Wakil Menteri Luar Negeri Sergei Ryabkov yang mengatakan sangat mungkin diplomasi dapat berakhir setelah satu pertemuan.

"Saya tidak dapat mengesampingkan apa pun, inilah skenario yang sangat mungkin dan orang-orang Amerika itu. Seharusnya tidak memiliki ilusi tentang hal ini," katanya seperti dikutip RIA.

"Tentu saja, kami tidak akan membuat konsesi di bawah tekanan atau di tengah ancaman terus-menerus dari para peserta pembicaraan," kata Ryabkov, yang akan memimpin delegasi Rusia di Jenewa.

Moskow tidak optimistis menyongsong pembicaraan-pembicaraan itu, kata kantor berita Interfax mengutip Ryabkov. Prognosis AS juga suram. "Saya pikir kami tak akan melihat terobosan dalam minggu mendatang," kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam sebuah wawancara CNN.

Menanggapi tuntutan Rusia untuk jaminan keamanan Barat, AS dan sekutunya mengatakan mereka siap untuk membahas kemungkinan masing-masing pihak membatasi latihan militer dan penggunaan rudal di wilayah tersebut. Kedua belah pihak akan mengajukan proposal dan kemudian melihat apakah ada alasan untuk melanjutkan pembicaraan. Demikian diungkapkan Blinken.

"Untuk membuat kemajuan nyata, sangat sulit untuk melihat kemajuan itu terjadi ketika ada eskalasi yang sedang berlangsung, ketika Rusia menodongkan senjata ke kepala Ukraina dengan 100 ribu tentara di dekat perbatasannya," kata Blinken dalam sebuah wawancara dengan ABC News.

Menjelang pembicaraan formal, Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman bertemu dengan Ryabkov pada Ahad di Jenewa dan mengatakan kepadanya bahwa Washington akan menyambut kemajuan sesungguhnya melalui diplomasi. Demikian kata Departemen Luar Negeri. Ryabkov mengatakan kepada wartawan bahwa pertemuannya dengan Sherman kompleks tapi lugas, lapor Interfax.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement