Senin 10 Jan 2022 12:12 WIB

Laos, Negara Miskin yang Punya Kereta Cepat Pertama di Asia Tenggara

Banyak yang bertanya bagaimana Laos membayar utang ke China demi proyek kereta cepat

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Kereta cepat (ilustrasi). Banyak yang bertanya bagaimana Laos membayar utang ke China demi proyek kereta cepat.
Foto: Republika/willy
Kereta cepat (ilustrasi). Banyak yang bertanya bagaimana Laos membayar utang ke China demi proyek kereta cepat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Jarak Vientiane ke Boten adalah 414 km atau hampir tiga kali lipat jarak Jakarta-Bandung di mana proyek kereta api cepat tengah dikerjakan. Viantiane adalah ibu kota Laos yang dipisahkan dari Thailand oleh Sungai Mekong. Sedangkan Boten merupakan kota di Laos utara yang berada di perbatasan dengan China di Provinsi Yunnan.

Awal Desember lalu, Vientiane-Boten resmi dihubungkan oleh jalur kereta cepat yang merupakan pertama di Asia Tenggara dan menjadi bagian dari jalur Vientiane-Kunming di China sejauh 1.020 km. Trayek itu adalah bagian dari jalur kereta Pan-Asia dari China sampai Singapura dan seluruh Asia Tenggara daratan.

Baca Juga

Jalur kereta cepat China-Singapura yang melewati Laos, Thailand, dan Malaysia itu total mencapai 3.600 km. Ini adalah bagian dari konsep pembangunan infrastruktur Sabuk dan Jalan yang dipromosikan China yang melintasi benua Eropa dan Afrika. China bukan yang pertama yang ingin menghubungkan Asia Tenggara dengan kereta api karena Inggris dan Prancis sewaktu mengkolonisasi Asia Tenggara juga sudah menginginkan hal seperti itu.

Jalur kereta berkecepatan 160 km per jam dari Vientiane sampai Boten hingga Kunming ibukota Provinsi Yunnan di China itu menelan investasi sebesar 16 miliar dolar AS (Rp 229 triliun). Sebanyak 70 persen saham proyek yang diresmikan Presiden China Xi Jinping dan Presiden Laos Thongloun Sisoulith pada 3 Desember itu dikuasai China. Sisanya 30 persen menjadi tanggungan Laos.

Proyek ini disepakati kedua negara pada 2015. Kantor berita Laos KPL menyebut proyek ini merupakan strategi pemerintah dalam mengubah Laos tidak lagi menjadi negara tanah terkurung (landlock) yang memang tak memiliki perbatasan laut dan sebaliknya dikurung China, Myanmar, Thailand, Kamboja, dan Vietnam. Presiden Thongloun Sisoulith menyebut era baru pembangunan infrastruktur modern di Laos sudah dimulai.

"Saya bangga impian rakyat Laos terwujud," kata Sisoulith seperti dikutip AFP.

Jalur kereta cepat ini akan melayani empat perjalanan penumpang dan 14 kereta barang yang akan melewati 75 terowongan, 167 jembatan, dan 10 stasiun pemberhentian. Proyek ini dianggap bakal mendorong pertumbuhan ekonomi di Laos. Namun banyak juga yang mempertanyakan bagaimana negara miskin seperti Laos membayar utang 1,06 miliar dolar AS akibat proyek itu.

Mencuat juga pertanyaan apakah Laos siap mengeksploitasi sistem transportasi secanggih ini. Apalagi sektor swastanya jauh tertinggal dari negara-negara ASEAN lain. Bahkan banyak ekonom khawatir proyek kereta cepat menjerat salah satu negara termiskin di Asia ini di mana utang dari proyek ini sendiri mencapai sepertiga dari produk domestik brutonya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement