REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Program Studi (Prodi) Sistem Informasi (SI) Universitas BSI (Bina Sarana Informatika) kampus Pontianak, sukses menggelar workshop Pembekalan Sertifikasi Kompetensi BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi) Bidang Programmer.
Acara ini menghadirkan keynote speaker Kaprodi Sistem Informasi Universitas BSI kampus Pontianak, Muhammad Sony Maulana dan Agung Sasongko yang merupakan Advanced Mobile Programmer dan Asesor Kompetensi BNSP di Kalimantan Barat, Senin (10/1).
Sony menjelaskan bahwa, kegiatan ini merupakan pembekalan kepada mahasiswa yang akan mengikuti sertifikasi kompetensi BNSP bidang programmer, pada 20 Januari hingga 2 Februari 2022 mendatang.
Menurutnya, tenaga kerja Indonesia banyak memiliki pengangguran terdidik, namun tidak memiliki keterampilan sesuai kebutuhan dunia industri dan dunia kerja. Sehingga, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2019, banyak lulusan diploma dan universitas yang tidak bekerja.
“Problematika yang ada saat ini, dapat diatasi dengan lulusan yang memiliki Ijazah dan Sertifikat Kompetensi. Dengan keduanya, maka lulusan akan menjadi lulusan yang "Aku Bisa Apa" bukan "Belajar Apa? atau Gelar Apa?" (Yakni Ijazah tanpa Sertifikat Kompetensi). Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI) memang membutuhkan tenaga kerja yang kompeten, untuk membantu meningkatkan produktivitas perusahaan dan membantu remunerasi pekerja,” ujar Sony dalam rilis yang diterima, Selasa (11/1).
Pada workshop ini, Agung menjelaskan KUK (Kriteria Unjuk Kerja) bidang programmer yang ada pada Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) BSI. KUK ini yang nantinya akan dinilai menjadi K (Kompeten) atau BK (Belum Kompeten). Kunci sukses dalam ujian sertifikasi kompetensi, dimana asesi harus menguasai 9 KUK yang diujikan tidak boleh ada unit yang belum kompeten (BK).
Teknis pelaksanaan kali ini, dilakukan dengan sistem melalui laman http://lsp.bsi.ac.id/LSPBSI/ yang telah disiapkan oleh Biro Teknologi Informasi (BTI), dikarenakan Universitas BSI sangat mendukung program pemerintah terkait paperless. Selain itu, dengan sistem yang sudah terkomputerisasi ini, dapat menghemat media penyimpanan karena perlengkapan sertifikasi dalam bentuk soft file.
“Uji kompetensi ini jangan dianggap momok yang mengerikan, karena sesungguhnya uji kompetensi itu adalah upaya asesor untuk menggali kemampuan asesi semaksimal mungkin dan bukan mencari-cari kesalahan atau kelemahan dari asesi (peserta sertifikasi). Oleh sebab itu, diharapkan semua asesi dapat berusaha semaksimal mungkin mengeluarkan kemampuan yang dimiliki agar peluang kompeten lebih besar,” jelas Agung.
Sementara itu, Eri Bayu Pratama selaku Kepala Kampus Universitas BSI kampus Pontianak menyambut baik terlaksananya kegiatan workshop pembekalan sertifikasi kompetensi ini.
Ia berharap, agar seluruh asesi yang sudah terdaftar dapat memiliki sertifikat kompetensi agar lulusan prodi Sistem Informasi Universitas BSI kampus Pontianak dapat dengan mudah bersaing di Dunia Kerja dan Dunia Industri. Selain itu, Sertifikat kompetensi juga dapat dimasukkan ke dalam butir SKPI (Surat Keterangan Pendamping Ijazah).