REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ulama dan pemikir asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi mempersembahkan berbagai hadiah maknawi yang dipersembahkan oleh seluruh makhluk untuk Sang Pencipta, serta puji dan syukur yang dipersembahkan kepada Allah SWT yang telah befirman,
قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ
“Katakanlah, hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.” (QS Az-zumar [39] :53)
Dalam bukunya yang berjudul "Khutbah Syamiyah: Manifesto Kebangkitan Umat Islam" terbitan Risalah Nur Press, Said Nursi kemudian menceritakan khutbahnya di di Masjid Umawi, Suriah. Namun, dia naik ke mimbar bukan untuk memberikan pelajaran kepada umat Islam dan bangsa Arab. Kata dia, hal itu di luar batas kemampuannya.
Pasalnya, di tengah-tengah orang-orang yang mendengar khutbahnya ada sekitar seratus ulama terhormat. Jika dibandingkan dengan mereka, Nursi merasa seperti anak kecil yang pergi ke sekolah di waktu pagi dan kemudian pulang di waktu sore guna memerlihatkan apa yang telah dipelajari kepada ayahnya agar sang ayah mau mengoreksi dan membenarkan sejumlah kesalahannya.
“Kondisi kami dan kalian bagaikan anak kecil dan orang tua. Kami adalah murid, sementara kalian adalah guru kami dan guru bagi seluruh umat Islam. Aku di sini hanya ingin menyampaikan kepada para guruku sejumlah hal yang telah kupelajari,” kata Nursi.
Nursi mengungkapkan bahwa dirinya telah mempelajari sejumlah pelajaran di sekolah kehidupan sosial manusia. Menurut dia, ada enam penyakit yang membuat umat Islam tertinggal dari orang-orang Eropa.
“Aku mengetahui bahwa di masa sekarang ini dan di tempat ini ada enam penyakit yang membuat kita berhenti di hadapan pintu abad pertengahan; pada saat orang-orang asing (khususnya Eropa) terbang menuju masa depan,” jelas Nursi.
Dia menuturkan, penyakit yang pertama adalah lahirnya rasa putus asa yang menimpa umat Islam. Kedua, pupusnya kejujuran dalam kehidupan sosial dan politik. Sedangkan yang ketiga adalah mencintai permusuhan.
Kemudian, lanjut dia, penyakit yang keempat adalah tidak mengetahui ikatan nurani yang mengikat orang-orang beriman satu dengan yang lainnya. Kelima, tirani yang menyebar seperti penyakit yang menular. Keenam, perhatian yang hanya tertuju pada kepentingan pribadi.
Menurut Said Nursi, obat untuk mengatasi keenam penyakit yang mendatangkan bencana tersebut diambil dari apotek Alqur’an yang merupakan fakultas kedokteran bagi kehidupan sosial manusia. “Aku jelaskan dalam pelajaran yang terdiri dari enam kata yang kuketahui bahwa ia merupakan dasar pengobatan,” kata Nursi.
Baca juga : Jamaah Umroh Luar Negeri Diperkirakan Terus Meningkat