REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, Indonesia berhasil mempertahankan kasus tetap rendah pascalonjakan kedua pada Juli 2021 lalu. Kendati demikian, Wiku mengingatkan adanya ancaman lonjakan ketiga mengingat kenaikan kasus yang terjadi di banyak negara akibat varian Omicron.
“Indonesia telah menjadi satu dari segelintir negara yang berhasil mempertahankan kondisi ini, terutama di tengah keberadaan varian Omicron. Meskipun demikian, mengingat kenaikan kasus yang terjadi di banyak negara di dunia bukan berarti kita terlepas dari ancaman lonjakan ketiga,” jelas Wiku saat konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (11/1/2022).
Berdasarkan pengalaman selama ini, kenaikan kasus biasanya baru terlihat 2-3 minggu pascaperiode libur panjang. Saat ini, Satgas mencatat kasus positif di Indonesia telah meningkat selama dua minggu berturut-turut, yaitu dari 1.200 kasus menjadi 1.400 kasus. Dan pada minggu terakhir meningkat kembali dan mencapai 3 ribu kasus.
“Bahkan, angka pada minggu terakhir naik lebih dari 2 kali lipat kasus pada minggu sebelumnya,” tambah dia.
Wiku mengatakan, pemerintah perlu mengantisipasi perkembangan ini mengingat kenaikan pasca periode libur panjang dapat terjadi pada minggu berikutnya. Selain itu, Satgas juga mencatat penambahan kasus positif yang jauh lebih tinggi dibandingkan penambahan kesembuhan.
“Sebagai contoh, pada 6 Januari kemarin penambahan kasus positif harian mencapai 533 kasus. Sedangkan penambahan kesembuhan hanya sebesar 209 kasus,” kata dia.
Ia mengungkapkan, kenaikan kasus positif di Indonesia saat ini masih banyak disumbangkan oleh pelaku perjalanan luar negeri. Pemerintah pun memastikan dilaksanakannya karantina bagi pelaku perjalanan luar negeri secara ketat. Selain itu, masyarakat juga diminta agar tak bepergian ke luar negeri jika tak mendesak.