REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Metastase atau penyebaran tumor ganas ke organ lain cukup sering menjadi masalah bagi pasien kanker. Sebuah obat bernama C26 menunjukkan potensi baik dalam menghentikan pertumbuhan tumor metastasis pada hewan coba tikus.
Seperti diketahui, ada cukup banyak pasien kanker yang mengalami kekambuhan sekitar beberapa tahun atau dekade setelah menyelesaikan terapi kanker mereka. Di masa kekambuhan ini, pasien kanker bisa memiliki tumor baru yang kembali tumbuh di lokasi yang sama seperti sebelumnya, atau atau tumor baru yang mengalami metastase atau menyebar ke organ lain.
Tumor yang telah menyebar ke organ lain atau dikenal juga sebagai tumor sekunder ini terbentuk dari sel-sel kanker yang berada dalam fase dorman atau tidak aktif untuk waktu yang lama sebelum kemudian kembali aktif. Tumor sekunder sering kali resisten terhadap terapi. Dengan kata lain, kekambuhan pada pasien kanker bisa dicegah bila peneliti berhasil menemukan cara untuk membuat sel-sel kanker tetap pada fase dorman.
Terkait hal ini, sebuah studi terdahulu yang dilakukan oleh peneliti Maria Soledad Sosa dari Icahn School of Medicine di Mount Sinai dan peneliti Julio A Aguirre-Ghiso dari Albert Einstein College of Medicine berhasil menemukan sebuah petunjuk. Berdasarkan studi tersebut, ditemukan bahwa kemampuan sel kanker untuk tetap dorman dikontrol oleh protein bernama NR2F1. NR2F1 dapat masuk ke dalam nukleus sel dan menendalikan banyak gen untuk mengaktivasi sebuah "program" di dalam tubuh yang dapat mencegah sel kanker untuk memperbanyak diri atau menyebar.
Kadar NR2F1 biasanya lebih rendah pada tumor utama, tetapi tampak lebih tinggi pada sel-sel kanker dorman. Kadar NR2F1 akan kembali menurun sekali lagi ketika sel-sel kanker mulai kembali aktif dan memperbanyak diri serta membentuk tumor baru di lokasi yang sama atau tumor metastasis di organ lain.
"Kami lalu berpikir bahwa mengaktivasi NR2F1 menggunakan sebuah molekul kecil bisa menjadi strategi klinis menarik untuk memicu dormansi sel kanker dan mencegah kekambuhan serta metastase," jelas Aguirre-Ghiso, seperti dilansir The Brighter Side, Selasa (18/1/2022).
Dalam studi terbaru yang dipublikasikan pada Journal of Experimental Medicine (JEM), tim Sosa dan Aguirre-Gisho melakukan skrining berbasis komputer untuk mengidentifikasi obat yang dapat mengaktivasi NR2F1. Obat tersebut dikenal dengan nama C26. Tim peneliti lalu mendapati bahwa pemberian C26 pada pasien kanker payudara serta kanker kepala dan leher karsinoma sel skuamosa (HNSCC) dapat meningkatkan kadar NR2F1 dan mencegah sel berproliferasi.
Hal ini diketahui melalui sebuah studi pada hewan coba tikus yang telah diberikan sel HNSCC dari pasien kanker. Sel-sel kanker ini biasanya menyebar ke paru-paru setelah tumor utamanya diangkat melalui operasi.
Penggunaan C26 sebelum operasi tampak membantu mengecilkan ukuran tumor utama pada tikus. Setelah operasi pengangkatan tumor utama, pemberian dosis C26 lanjutan berhasil menghambat pertumbuhan tumor metastasis. Paru-paru tikus hanya memiliki sedikit sel kanker dorman yang tak mampu berlroliferasi meski terapi sudah diakhiri.
Berdasarkan temuan ini, tim Sosa dan Aguirre-Ghiso meyakini bahwa dengan mengaktivasi NR2F1, C26 mendorong sel kanker umtuk masuk ke fase dormansi yang panjang. Fase dormansi yang panjang ini dapat terlihat dari pola aktivitas gen. Pasien tumor yang memiliki pola aktivitas gen seperti ini dapat mencegah kekambuhan lebih lama lagi. Temuan ini mengindikasikan bahwa pemberian obat C26 dapat menjadi terapi yang efektif pada manusia.
"Obat-obat yang mengaktivasi NR2F1 dapat bermanfaat dalam kanker payudara," pungkas Sosa.