Sabtu 22 Jan 2022 01:57 WIB

Kunci Kemajuan Muslim Indonesia, Keseimbangan Iptek dan Imtak

Seharusnya iptek dan imtak berkolaborasi, sama-sama berjalan dan seimbang.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Gita Amanda
Suasana di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta, (ilustrasi). Dewan Pengurus Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK), Arief Rosyid Hasan, menyampaikan kunci kemajuan umat Islam di Indonesia adalah keseimbangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) serta iman dan takwa (Imtak).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Suasana di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta, (ilustrasi). Dewan Pengurus Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK), Arief Rosyid Hasan, menyampaikan kunci kemajuan umat Islam di Indonesia adalah keseimbangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) serta iman dan takwa (Imtak).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Pengurus Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK), Arief Rosyid Hasan, menyampaikan kunci kemajuan umat Islam di Indonesia adalah keseimbangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) serta iman dan takwa (Imtak). Selama ini ada orang-orang yang memperdalam sisi imtak tapi meninggalkan iptek.

Arief menegaskan, seharusnya iptek dan imtak berkolaborasi, sama-sama berjalan dan seimbang. Sebagai contoh, seorang profesional di dunia perbankan harus punya imtak yang kokoh, sehingga dalam menjalankan akivitas kesehariannya semakin baik.

Baca Juga

"Jadi keseimbangan iptek dan imtak yang ingin kita dorong, kita ingin kesadaran keberagamaan kita punya dampak terhadap kehidupan keseharian kita, itu yang kita ingin dorong," kata Arief kepada Republika usai Dialog Esklusif bertema Masa Depan Islam dan Indonesia yang digelar Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK) dan didukung Republika, di Masjid Agung Sunda Kelapa Jakarta, Jumat (21/1/2022).

Di tempat yang sama, Presiden Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir Periode 2016-2017, Ustaz Pangeran Arsyad Ihsanulhaq, mengatakan sekarang terlihat sudah ada tren positif dalam hal ketertarikan generasi muda terhadap agama Islam, misalnya gerakan hijrah dan sejenisnya. Jadi minat untuk mempelajari Islam sekarang sudah tinggi.

Ia menegaskan, tapi generasi muda yang tertarik mempelajari agama Islam harus terus dimotivasi. Artinya mereka dimotivasi agar tidak hanya berbicara tentang agama seperti amal ibadah mahdhah, tetapi juga membicarakan perintah agama untuk memakmurkan bumi. Yaitu untuk bisa menjadi rahamatan lil alamin.

"Itu (memakmurkan bumi dan menjadi rahmatan lil alamin) tidak mungkin hanya dengan belajar agama dan melakukan ibadah (mahdhah) seorang diri," jelasnya.

Ustaz Pangeran mengatakan, maka umat Islam harus didorong untuk bisa mengambil peran dalam dunia ekonomi, pendidikan dan politik dengan nilai-nilai Islami. Sebab saat masa kejayaan Islam di masa lalu, umat Islam menguasi ekonomi, pendidikan dan politik.

Ia menjelaskan, Baitul Hikmah di Baghdad yang mengantarkan Islam pada masa kejayaannya tidak hanya bicara soal fikih, syariah dan aqidah tapi juga bicara soal teknologi. Maka umat Islam Indonesia kedepan harus diarahkan untuk menguasai iptek dan dibekali oleh imtak.

Sehubungan dengan itu, Ustaz Pangeran menyarankan agar dimulai dengan pendidikan, karena pendidikan akan membawa secara sistematis dan terstruktur pada kemajuan. Kalau ingin jalan singkat bisa lewat politik, supaya para penguasa punya keberpihakan dan kebijakan yang mendorong atau memberi ruang kepada umat Islam.

"Maka dalam hal ini yang paling penting adalah pendidikan dan kebijakan dari para pemangku kekuasaan (untuk kemajuan iptek dan imtak umat)," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), Prof Arif Satria, menyarankan agar umat Islam Indonesia harus melakukan transformasi dari kuantitas ke kualitas. Menurtnya, transformasi ini menjadi hal yang sangat pokok.

"Sekarang kita dihadapkan pada perubahan yang destruktif sehingga membutuhkan kualitas manusia yang lebih progresif, responsif dan mampu beradaptasi," jelas Prof Arif.

Ia menegaskan, namun tidak sekadar mampu beradaptasi tapi mampu untuk menjadi trend setter perubahan. Itu hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang memiliki pola pikir, karakter, keahlian, kompetensi, dan pendidikan yang bagus.

Menurutnya, salah satu komponen paling penting adalah pendidikan. Karena pendidikan yang bisa menjadi salah satu pilar peradaban baru ke depan. "Kita yakin dengan mereformasi pendidikan secara terus menerus, kita bisa menjadikan manusia-manusia unggul yang berakhlak mulia, berintegritas, kompeten, punya banyak keahlian, pola pikir baik, dan bisa menjadi trendsetter perubahan sehingga dunia ini bisa kita pimpin," kata Prof Arif.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement